Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Fathul Wahid mengatakan demokrasi yang anjlok dan korupsi merajalela belum menjadi perhatian dalam diskusi panel antara Presiden Prabowo Subianti dengan pimpinan perguruan tinggi pada Kamis kemarin, 13 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan editor: Jalur Gelap Penjualan Senjata Api ke Organisasi Papua Merdeka
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Presiden memaparkan visinya untuk Indonesia ke depan. Bagus karena membawa optimisme. Kita bisa lihat ini sebagai sisi cerahnya. Tentu, kita harus apresiasi ini,” kata Fathul kepada Tempo, 15 Maret 2025.
Presiden Prabowo mengundang ratusan rektor atau pimpinan perguruan tinggi negeri maupun swasta ke Istana Negara. Dalam pertemuan yang berlangsung selama empat jam itu diisi oleh tanya jawab antara Prabowo dengan para rektor.
Presiden, kata Fathul, juga mengharapkan dukungan perguruan tinggi untuk pengembangan teknologi yang mendukung kesejahteraan bangsa. Namun, Fathul menuturkan, informasi yang disampaikan terkesan belum menunjukkan Indonesia versi lengkap. Ia mengatakan masih banyak sisi suram yang tidak diungkap.
“Korupsi yang masih merajalela, demokrasi yang tidak sedang baik-baik saja, dan ketimpangan yang masih menganga, misalnya. Kita tidak boleh menutup mata terkait ini,” katanya.
Dalam pertemuan itu, Rektor IPB University Arif Satria mengungkapkan bahwa Prabowo juga sempat menyinggung gerakan "Indonesia Gelap". Ia mengatakan Prabowo berpesan supaya tetap optimistis mengatasi masalah Indonesia. Apalagi, situasi Indonesia lebih baik dari Amerika Serikat dan Jepang.
Prabowo membandingkan situasi Indonesia dengan Jepang. Jepang saat ini sedang mengalami penurunan beras. Sedangkan, Indonesia masih stabil. "Jadi kita ini bersyukur berada di Indonesia karena dengan berbagai kekayaan yang ada," kata dia.
Arif pun memandang Prabowo terbuka terhadap kritik. Prabowo disebut menerima sejumlah masukan. "Kalau tadi saya melihat beliau sih, beliau terbuka ya terhadap kritik. Termasuk masukan-masukan yang saya sampaikan beliau sangat open sekali," ujarnya.
Demonstrasi Indonesia Gelap mulai menggelinding pada pertengahan Februari lalu. Mahasiswa di berbagai daerah, baik di Indonesia maupun luar negeri, bersama masyarakat sipil berunjuk rasa dengan mengangkat sejumlah tema utama.
Mereka di antaranya menuntut pemerintah memberikan pendidikan gratis, membatalkan pemangkasan anggaran, mencabut proyek strategis nasional yang bermasalah, hingga mengevaluasi total program makan bergizi gratis. Selain itu, massa aksi Indonesia Gelap juga menolak sejumlah revisi undang-undang, seperti UU TNI, UU Polri, dan UU Kejaksaan.
Hendrik Yaputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.