Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Akademisi Rocky Gerung mengatakan peristiwa teror kepala babi yang dikirim ke kantor Tempo melebihi apa yang publik bayangkan bisa terjadi. Rocky menyebut cara-cara intimidasi ini adalah merupakan kedangkalan dalam proses berpolitik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya simpulkan teror itu adalah bentuk kepengecutan, apalagi dalam politik,” kata Rocky melalui tayangan YouTube miliknya, Jumat, 21 Maret 2025. Mantan Dosen Universitas Indonesia ini mempersilakan Tempo mengutipnya, ketika dihubungi melalui aplikasi perpesanan WhatsApp.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Rocky, teror merupakan bentuk paling kasar dalam politik. Peneliti Perhimpunan Pendidikan Demokrasi ini meyakini bahwa teror dihasilkan dari kegagalan berargumentasi dalam kehidupan antar warga negara. “Kita ingin memperbaiki cara cara kita berpolitik supaya ada kesetaraan dalam kehidupan berwarga negara. Dengan pikiran, bukan kekerasan,” kata dia.
Rocky mengatakan pers merupakan wilayah yang dihasilkan oleh peradaban demokrasi. Oleh karena itu, pers tidak boleh dijadikan sasaran kemarahan saat mengkritik kekuasaan.
Kantor Tempo mendapat kiriman kepala babi pada Rabu, 19 Maret 2025. Kepala babi tersebut dibungkus kotak kardus yang dilapisi styrofoam. Kotak berisi kepala babi tersebut ditujukan kepada “Cica” – Francisca Christy Rosana, jurnalis kompartemen nasional dan host siniar Bocor Alus Politik.
Pemimpin Redaksi Tempo Setri Yasra menduga upaya ini sebagai teror terhadap karya jurnalistik Tempo. "Kami mencurigai ini sebagai upaya teror dan melakukan langkah-langkah yang menghambat kerja jurnalistik," kata dia.
Dewan Pers mendesak aparat penegak hukum mengusut tuntas pelaku teror kepala babi terhadap jurnalis Tempo. “Karena jika dibiarkan, ancaman dan teror seperti ini akan terus berulang,” ucap Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu kepada wartawan di Gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat, Jumat, 21 Maret 2025.
Ninik mengatakan pengiriman kepala babi tersebut merupakan bentuk nyata teror dan ancaman terhadap independensi serta kemerdekaan pers. Dia juga menyebut tindakan teror terhadap pers sebagai bentuk kekerasan dan premanisme.
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi mengatakan sebaiknya kepala babi yang menjadi teror kepada Tempo itu dimasak saja. "Saya lihat dari media sosial Francisca. Dia justru minta dikirim daging babi. Artinya dia tidak terancam. Dia bisa bercanda. ‘Kirimin daging babi dong’,” katanya di Istana Kepresidenan Jakarta, Sabtu, 22 Maret 2025.
Menurut Hasan, teror itu merupakan masalah Tempo dengan pihak lain. Pemerintah tidak mau dikaitkan. Dia meminta agar teror ini tidak dibesar-besarkan. Pemerintahan Prabowo, kata dia, menjamin kebebasan pers.