Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Hari Bahasa Isyarat Internasional, setiap tanggal 23 September, diperingati di seluruh dunia sebagai pelestarian bahasa isyarat bagi kalangan tunarungu atau tuli guna mewujudkan hak asasi mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip laman Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), peringatan ini mengacu pada hari pembentukan World Federation of The Deaf, yakni perserikatan 135 asosiasi tunarungu atau tuli pada 23 September 1951.
Sejarah Bahasa Isyarat
Mengutip laman Start ASL, Geronimo Cardano, seorang ahli matematika dan dokter Italia, diketahui merupakan akademisi pertama yang mengidentifikasi bahwa belajar dapat dilakukan tanpa mesti menggunakan pendengaran. Ia menemukan, pada tahun 1500-an, bahwa orang tuli dapat dididik dengan menggunakan kata-kata tertulis. Dia menggunakan metodenya untuk mendidik putranya yang tunarungu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di tempat lain, tepatnya di Spanyol, seorang biarawan bernama Pedro Ponce de Leon berhasil menerapkan metode pengajarannya saat mengajar anak-anak tunarungu di daerahnya. Hal ini menginspirasi Juan Pablo de Bonet, seorang pendeta Spanyol, untuk mengajar tunarungu menggunakan metodenya sendiri. Sistem alfabet manualnya adalah yang pertama dikenal dalam sejarah. Bentuk tangan dalam alfabet ini berhubungan dengan suara ucapan yang berbeda.
Pada 1771, Michel de L'Epee, seorang kepala biara di Prancis mendirikan National Institute for Deaf-Mutes. Ini disebut-sebut sebagai sekolah umum tunarungu gratis pertama. L'Epee mempelajari semua tanda-tanda yang berbeda dan memanfaatkan tanda-tanda yang dia pelajari dari murid-muridnya untuk mengajar mereka bahasa Prancis.
Mengutip National Geographic, bahasa isyarat L’Epee dengan cepat menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika Serikat. Pada tahun 1814 Thomas Hopkins Gallaudet, seorang pendeta dari Amerika, pergi ke Prancis untuk berlatih bahasa isyarat kepada suksesor L’Epee, Abbé Sicard.
Setelah tiga tahun, Gallaudet mendirikan American School for the Deaf di di Hartford, Connecticut. Siswa dari berbagai penjuru Amerika Serikat hadir membawa bahasa isyarat mereka masing-masing yang biasa mereka gunakan untuk berkomunikasi di rumah. Bahasa Isyarat Amerika kemudian menjadi kombinasi dari tanda-tanda ini dan tanda-tanda dari Bahasa Isyarat Prancis.
Penggunaan bahasa isyarat pun semakin berkembang. Saat ini diketahui telah ada kurang lebih 300 bahasa isyarat berbeda di seluruh dunia.
HATTA MUARABAGJA
Baca juga : Cerita Winda, Juru Bahasa Isyarat Lagu Ojo Dibandingke yang Viral saat HUT RI
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.