Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TAHUN 2019 berganti menjadi 2020. Kala itu baru usai pemilihan presiden. Tak sedikit kejadian dan peristiwa politik yang terjadi selama 2019. Salah satunya adalah panas-dingin hubungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 2019, Prabowo Subianto untuk kedua kalinya mencalonkan diri sebagai calon presiden dalam kontestasi pemilihan umum. Perhelatan pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) digelar serentak pada Rabu, 17 April 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pileg diikuti 16 partai politik. Adapun pilpres diikuti dua pasangan: Jokowi-Ma’ruf Amin dengan nomor urut 01 dan Prabowo-Sandiaga Uno dengan nomor urut 02. Pada Selasa, 21 Mei 2019, Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi mengumumkan Jokowi-Ma’ruf sebagai pemenang pilpres.
Seiring dengan berjalannya waktu, kebekuan hubungan Prabowo dan Presiden Jokowi mencair. Di periode kedua pemerintahannya, Presiden Jokowi melantik Prabowo sebagai Menteri Pertahanan. Hubungan mesra politik tersebut berlanjut hingga 2024. Pada tahun itu, Prabowo kembali maju sebagai calon presiden dengan menggandeng Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Jokowi. Prabowo dinyatakan sebagai presiden terpilih dengan menang dalam satu putaran.
Prabowo Subianto mengatakan Presiden Joko Widodo merupakan sosok yang membantunya menyiapkan diri sebelum dilantik pada 20 Oktober 2024. "Untuk itu, saya harus sampaikan di sini betapa besar Pak Joko Widodo menyiapkan saya," ucap Prabowo di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Ahad, 28 April 2024, seperti dilansir Antara.
Dua bulan menjelang pelantikan muncul isu keretakan Prabowo dan Jokowi. Prabowo Subianto mengungkapkan ada yang mencoba mengadu domba dia dengan Presiden Jokowi. "Ternyata Prabowo dan Jokowi sudah retak. Retak gimana retaknya?" ujar Prabowo menyinggung isu tersebut dalam pidatonya dalam kongres Partai Amanat Nasional (PAN), Sabtu, 24 Agustus 2024. Isu ini muncul setelah pembatalan revisi UU Pemilihan Kepala Daerah.
Staf Khusus Kepresidenan Juri Ardiantoro mengatakan isu keretakan diembuskan sebagai upaya adu domba yang menganggu agenda keberlanjutan pemerintahan. Dia menjelaskan, fokus pemerintahan Presiden Jokowi adalah meletakan fondasi untuk memuluskan transisi pemerintahan. “Di mana letak keretakannya? Itulah yang menjadi pertanyaan Prabowo. Presiden terpilih itu secara tegas menampik berbagai spekulasi, rumor, bahkan upaya-upaya politik yang bertujuan mengadu domba dia dengan Presiden Jokowi," ujar Juri, kemarin.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo