Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bantul- Panitia Gereja Santo Paulus, Pringgolayan, Banguntapan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta menggelar rapat internal setelah kegiatan bakti sosial oleh gereja tersebut batal digelar, Selasa, 30 Januari 2018. Sejumlah jemaat gereja dan kalangan yang peduli kepada kerukunan umat beragama datang dalam rapat yang berlangsung di aula gereja itu.
Semula bakti sosial akan berlangsung di rumah Kasmijo, Kepala Dusun Jaranan, Banguntapan. Kegiatan itu rangkaian dari memperingati 32 tahun berdirinya gereja sekaligus peresmian paroki dari paroki administratif menjadi paroki mandiri.
Baca: Peneliti: Intoleransi Yogyakarta Semakin Menguat
Namun, Ahad pagi, 28 Januari 2018, sejumlah pemuda masjid dan organisasi kemasyarakat atau ormas yang mengatasnamakan Islam mendatangi bakti sosial yang baru akan dimulai pagi itu. Di antaranya Front Jihad Islam (FJI), Forum Umat Islam (FUI) dan Majelis Mujahidin Indonesia.
Mereka menolak bakti sosial dengan alasan kristenisasi dan meminta panitia gereja memindahkan kegiatan itu di gereja. “Ada sekitar 50 orang dari ormas yang datang, di antaranya Front Jihad Islam. Demi menjaga suasana dan pertimbangan keamanan, kami membatalkan bakti sosial,” kata Ketua Panitia Acara, Agustinus Kelikasih.
Simak: Hadiri Doa 171717, Ketua MUI: Jaga Negara dari Kelompok Intoleran
Bakti sosial tersebut sedianya akan diisi dengan menjual 185 paket sembako murah. Paket itu di antaranya terdiri dari beras, teh dan gula. Ada juga acara bersepeda bersama warga kampung. Selain bakti sosial, panitia gereja pada hari yang berbeda telah menggelar tirakatan, syukuran paseduluran dengan mengundang kalangan muslim. Ada juga ziarah ke sejumlah tokoh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Infografis: Faktor Agama Berpengaruh Kuat Dalam Pilkada DKI 2017
Komandan Front Jihad Islam Abdurrahman mengakui laskarnya datang bersama ormas lainnya. Ia menuding bakti sosial itu bagian dari kristenisasi karena kalangan gereja melibatkan umat muslim. Menurut dia, bakti sosial itu menyasar kaum muslim yang lemah secara ekonomi. “Seharusnya kegiatan gereja dilakukan di gereja. Bukan melibatkan kaum muslimin,” kata Abdurrahman ketika dihubungi.
Menurut dia, kedatangan laskar FJI ke tempat yang akan dijadikan sebagai bakti sosial itu atas permintaan sejumlah penduduk yang menolak bakti sosial. Ia menyebutkan satu atau dua penduduk di sana merupakan anggota FJI.
SHINTA MAHARANI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini