RATUSAN sepeda motor berkonvoi keliling kota, meraung-raung memekakkan kuping. Ribuan orang, dengan bendera merah bergambar banteng di tangan, berjajar memagari jalan-jalan utama Kota Yogyakarta. Mereka tampak bersemangat unjuk gaya menyambut kedatangan Ketua Umum PDI Megawati Soekarnoputri ke Kota Gudek, Senin siang pekan lalu. Mega muncul di Yogya dalam safarinya merayakan hari jadi ke-21 PDI. Rupanya, Mega risi dengan ulah PDI muda Yogya itu. Dalam tatap muka di Gedung Graha Wanabaktiyasa, Ketua Umum PDI itu mengkritik unjuk gaya yang mirip pawai kampanye pemilu itu. "Anak muda, kalau kalian menganggap saya ini pemimpinmu, kalian harus tertib. Saya tak ingin mendengar rang-reng suara motormu," kata Mega. Instruksi itu dipatuhi -- mungkin karena mereka sudah lelah. Unjuk gaya pemuda PDI itu sempat mengundang gerutuan. Beberapa gadis mengumpat, gara-gara menjadi korban colak-colek rombongan pemuda berkaus merah itu. Sebuah mobil Telkom Yogya hancur kacanya kena gebuk, dan sebuah mobil PLN penyok. "Itu ulah orang yang sirik yang ingin merusak citra PDI," Ketua PDI Yogya, Soetardjo Soerjogoeritno, berdalih. Di luar ekses-ekses itu, safari Megawati ke Yogya dan beberapa kota di Jawa mencatat sukses besar. Di Semarang, ia diarak keliling kota dengan sedan Ford Galaxy hitam buatan 1950-an bekas milik ayahnya, Bung Karno. Ribuan warga Semarang mengelu-elukannya dari tepi jalan. Kedekatan emosi Mega dengan massa agaknya jarang ditemukan di antara pemimpin partai pada zaman Orde Baru ini. Ketika menginap di Hotel Garuda, Yogya, Mega sempat pula menerima kado ekstra. Sebanyak 35 mahasiswa pascasarjana Universitas Gadjah Mada, yang tergabung dalam Forum Kepedulian Masalah Sosial (FKMS), berikrar akan membantu Mega dan masuk PDI. Mereka dosen muda dari perguruan tinggi swasta di pelbagai daerah. "Kami siap menerima penugasan dari Mbak Mega, untuk kami kerjakan nanti di kampung masing-masing," ujar Ketua FKMS, Misranto, dosen di Universitas 17 Agustus Semarang. Misranto tentu punya alasan memilih PDI. "Pikiran dan perasaan kami dekat dengan PDI," ujarnya, sambil menyebut soal kepedulian partai banteng itu dengan segala urusan wong cilik dan demokratisasi. Lagi pula, dalam pandangannya, di bawah Megawati PDI tak terpecah belah. Mega tentu senang hati menerima orang-orang yang dianggapnya intelektual itu. "Karena mereka punya pandangan luas dan berpikiran maju," katanya. Mega akan memberikan tempat di departemen atau badan litbang yang akan dibentuk. Masih di Yogya, yang bergabung ke PDI bukan hanya sekelompok cendekiawan. Menurut Zuhdi Muhdlor, Ketua GP Ansor Yogya, sekitar 100 anggotanya menyatakan secara resmi bergabung ke PDI. "Kami memang memberikan kebebasan bagi anggota untuk melaksanakan aspirasi politiknya," katanya. HMI Solo juga mengundang Megawati. Namun, mereka kemudian membantah bahwa undangan itu sebagai pernyataan bergabung dengan PDI. Melihat sambutan seperti itu, Ketua Umum Golkar Harmoko merasa tak terlalu risau. "Setiap tahunnya juga banyak intelektual masuk Golkar, cuma tak masuk koran," ujarnya kepada Andi Reza Rohadian dari TEMPO. Harmoko juga tak merasa terusik dengan membludaknya sambutan untuk Megawati. "Golkar sudah mengakar dan bertahta di hati rakyat," tambahnya.Putut Trihusodo dan Heddy Lugito
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini