Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Selamat Datang di Warung Prancis

Tempat mahasiswa belajar tentang Prancis, terutama mereka yang berniat melanjutkan studi.

4 Februari 2015 | 00.00 WIB

Selamat Datang di Warung Prancis
Perbesar
Selamat Datang di Warung Prancis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Philippe Abrams harus dimutasi ke Bergues, Prancis bagian utara. Bagi dia, kota ini bukanlah tempat yang nyaman. Bergues dihuni orang-orang Ch'tis yang menggunakan bahasa aneh. Kisah Philippe di Bergues ini dikisahkan dalam film Bienvenue Chez Les Ch'tis (Selamat Datang di Ch'tis).

Berdurasi 106 menit, film ini bergenre komedi tapi juga menyentuh. Philippe, yang diperankan oleh Kad Merad, menjadi kepala kantor pos di Bergues. Dia memimpin empat karyawan, di antaranya Antoine Bailleul (Dany Boon) dan Annabelle Deconninck (Anne Marivin). Selain harus beradaptasi dengan tempat tinggalnya, seperti soal makanan dan kebiasaan para penghuninya, Philippe punya masalah lain, yaitu kinerja Antoine si tukang pos yang sering mabuk pada saat jam kerja.

Philippe berniat mencegah kebiasaan karyawannya itu dengan ikut berkeliling mengantar paket. Bukannya mencegah, Philippe malah turut larut dalam jamuan alkohol saat mampir di setiap rumah tujuan kiriman yang diantarkan. Keduanya pun semakin dekat dan menjadi sahabat. Philippe malah membantu Antoine mempersiapkan lamaran kepada Annabelle, mantan kekasihnya yang juga rekan kantornya.

Philippe mulai jatuh cinta kepada kota itu. Sampai-sampai ia lupa mengunjungi istri dan anaknya di Prancis selatan saat akhir pekan. Tiga tahun berlalu, Philippe dipindahkan ke Prancis selatan. Dia pun merasakan teori Antoine tentang pepatah Ch'tis. Bahwa pendatang akan menangis dua kali saat di utara, sekali saat dia datang dan sekali lagi ketika pergi.

Film yang disutradarai Dany Boon ini menjadi pilihan tontonan di Ruang Sinema Perpustakaan Universitas Negeri Makassar (UNM), Jumat lalu. Film yang digarap pada 2008 ini pernah menjadi box office di antara film-film Prancis. Wawan Kurniawan, panitia pemutaran film ini, mengatakan film ini bisa memperkenalkan kita lebih dekat tentang Prancis, selain ibu kotanya, Paris.

Kepala Perpustakaan UNM, Asniar Khumas, mengatakan kegiatan pemutaran film ini dilaksanakan oleh Warung Prancis. Semacam komunitas yang dibawahkan oleh perpustakaan kampus Orange ini. "Warung Prancis atauFrench Corneradalah hasil kerja sama antara pemerintah Prancis dan Indonesia," ucap Asniar kepada Tempo.

Warung Prancis dibentuk 20 Februari lalu. Kata Asniar, melalui komunitas ini, pemerintah Prancis ingin memperkenalkan budaya dan kemajuan-kemajuan kepada mahasiswa-mahasiswa Indonesia. Karena itu, Warung Prancis tak hanya ada di UNM, tapi juga tersebar di beberapa perguruan tinggi negeri, termasuk di Universitas Hasanuddin.

* * * *

Sepintas mendengar namanya, Warung Prancis seperti kedai makanan. Tapi isinya adalah "makanan" berbeda, berasa seputar Prancis, dari budaya, bahasa, pendidikan, masyarakat, hingga informasi tentang kuliner Prancis.

Di ruangan Warung Prancis ini terdapat gambar-gambar beberapa tempat terkenal di Prancis, seperti perpustakaan Cafebreria El Pendulo dan Piramida Louvre. Ada pula susunan buku berbahasa Prancis dan beberapa majalah. Tahun ini, Warung Prancis kedatangan kiriman buku-buku dari Institut Francais Indonesia yang siap dibaca oleh pengunjung.

Selain menggelar pemutaran film, kata Asniar, Warung Prancis sering menggelar diskusi buku. Soal kegiatan, Warung Prancis juga terbuka dalam menggelar kerja sama dengan komunitas lain. Meski berada di UNM, Warung Prancis ini juga terbuka bagi mahasiswa dari kampus lain. "Bisa bergabung dengan menjadi anggota." Menurut Asniar, Warung Prancis ini bermanfaat bagi mahasiswa yang tertarik belajar tentang Prancis atau yang berniat melanjutkan studi di sana.

Baru-baru ini, kata Asniar, ada kunjungan para pustakawan Prancis. Menurut Asniar, Prancis sangat maju dalam hal ilmu. Mereka juga mempunyai pencatatan atau pengarsipan yang luar biasa rapi. Dalam perpustakaan itu, ada bioskop yang khusus menampilkan sejarah tentang tekstil. Ada ruangan yang semua digital, sehingga buku tampak bergerak sendiri. "Perpustakaan nasionalnya terdiri atas empat menara, besarnya seperti Menara Phinisi," tutur dosen psikologi UNM yang berbagi pengalaman setelah bertandang ke Prancis. REZKI ALVIONITASARI


AGENDA KOMUNITAS

Pameran Seni Rupa

  • Tempat: Auditorium Al Amien Universitas Muhammadiyah Makassar
  • Waktu: 2-4 Februari 2015

    World Cancer Day on The Road

  • Tempat: Flyover Pettarani dan Patung Ayam Daya
  • Waktu: Rabu, 4 Februari 2015

    Kelas Menulis Kreatif

  • Tempat: PK Identitas Universitas Hasanuddin
  • Waktu: Sabtu, 7 Februari 2015

    Wedding Expo

  • Tempat: Hotel Grand Clarion
  • Waktu: 13-15 Februari 2015

    Romantic Jazz with Tulus

  • Tempat: Auditorium RRI Makassar
  • Waktu: Sabtu, 14 Februari 2015

    Makassar Electro Colour

  • Tempat: Lapangan Basket Karebosi Makassar
  • Waktu: Sabtu, 14 Februari 2015

    Half Marathon Bosowa

  • Tempat: Jalan Sudirman
  • Waktu: Minggu, 1 Maret 2015

    Ekspo REI 2015

  • Tempat: Trans Studio Mall Makassar
  • Waktu: 18-22 Maret 2015
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    slot-iklan-300x100

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    slot-iklan-300x600
    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    close

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    slot-iklan-300x100
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus