ADA senjata dalam kampus. Begitulah berita yang antara lain
turun dalam koran Suara Karya dan Berita Yudha: Laksusda Jabar
temukan senjata dan mesiu di Unpad an IKIP Bandung. Berita yang
tersiar luas 3 Pebruari lalu itu juga dikutip oleh Berita Buana
dan harian Empat Lima.
Menurut berita itu, satuan Laksusda Jawa Barat yang memasuki
kampus ITB, Unpad dan IKIP Bandung jam 05.00 pagi 1 Pebruari
lalu, menemukan: 8 pucuk LE, I Thomson, 1 Karel Gustav, 6
magasen LE, 6 magasen Thomson, 139 peluru LE, 46 kaliber 9 mm, 4
pedang, peralatan radio dan poster-poster di kampus Unpad. Juga
6 granat, 140 peluru kaliber campuran serta unit radio pemancar
di kampus IKIP Bandung.
Tak disebutkan apakah senjata dan mesiu itu juga ditemukan di
kampus ITB. Tapi yang jelas, menurut koran-koran itu, semua
barang yang ditemukan itu telah disita sebagai barang bukti.
Tanpa menyebutkan sumber yang jelas, kabar itupun ternyata
mengudara lewat beberapa radio luar negeri, seperti BBC, ABC dan
VOA. Tak ketinggalan seperti biasa, harian setengah resmi
Singapura The traits Times.
Betulkah kedua kampus di Bandung itu menyimpan senjata gelap?
Kas Kopkamtib Laksamana Sudomo akhir pekan lalu berkata: "Itu
ternyata adalah inventaris Resimen Mahasiswa." Tapi menurut
Sudomo, senjata dan mesiu itu ditemukan "tak di tempat yang
semustinya." Maka ia bertanya: "Ini kelalaian atau disengaja?"
Yang Rusak
Sehari sebelum keterangan Sudomo Letkol Abdul Salam, Kapendam
Laksusda Jawa Barat lewat telepon kepada TEMPO juga menerangkan
bahwa itu bukan senjata gelap. "Senjata dan mesiu itu punya
Resimen Mahawarman pinjaman dari Resimen Induk Infanteri,"
katanya. Menurut Edi Suparno, Komandan Men Mahawarman Batalyon
II Unpad, senjata yang disimpan dalam gudang resimen mahasiswa
itu dipinjam untuk latihan kader Mahawarman dua bulan lalu.
"Tapi belum sempat dikembalikan," katanya.
Ketika latihan itu berlangsung, senjata yang dipinjamkan oleh
Kodam Siliwangi itu berkekuatan untuk satu kompi. Kemudian sisa
yang masih ada di kampus itu dalam keadaan rusak. "Masa
mengembalikan barang pinjaman dalam keadaan rusak. Jadi kami
betulkan dulu dong," ujar lakim Barus, Wakil Komandan Men
Mahawarman Batalyon II Unpad.
Lantas, kenapa kabar yang salah itu sampai tersiar luas? "Jelas
sumbernya bukan dari Pendam Siliwangi," kata Letkol Abdul Salam.
"Makanya, waktu saya baca, wah ini salah." Rupanya kabar itu
berasal dari seorang di Bandung. A.J. Bungin, Redaktur Pelaksana
harian Suara Karya, mengakui kabar itu dikirim oleh seorang
pembantunya di Bandung. Apa kabar itu juga dikirim ke Yudha yang
menyiarkannya di hari yang sama? "Yudha mungkin langsung
mengutip begitu saja, sebab percetakannya sama," ujar Bungin
lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini