Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ORANG-ORANG di balik layar itu akan muncul ke permukaan, Rabu pekan ini. Mereka adalah penyidik kasus pembunuhan aktivis Munir, yang dipanggil ke sidang peninjauan kembali kasus itu di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Di antaranya, Komisaris Besar Pambudi Pamungkas dan Komisaris Daniel Tifaona.
Semua gara-gara Raymond ”Ongen” Latuihamallo. Dalam sidang pada Rabu pekan lalu, penyanyi lagu-lagu gereja itu mengaku ditekan penyidik selama pemeriksaan. Karena itu, ia mencabut sebagian kesaksian dalam berita acara pemeriksaan. ”Pengadilan inilah kepanjangan tangan Tuhan,” katanya. ”Di sini saya berkata yang sejujurnya.”
Ongen menyatakan, pada saat pemeriksaan dirinya dipaksa mengaku melihat Munir minum semeja dengan Pollycarpus Budihari Priyanto di Coffee Bean, Bandara Changi, Singapura, beberapa jam sebelum kematian sang aktivis. Jika tidak, menurut dia, Brigadir Jenderal Mathius Salempang, ketua tim penyidik kasus ini, akan menjadikan dirinya tersangka. Salempang membantah tuduhan Ongen. ”Saya tidak pernah memeriksa Ongen untuk dimasukkan berita acara. Jadi, bagaimana saya menekan dia?” ujarnya.
Di depan penyidik, Ongen mengaku berada di Coffee Bean selama 10 menit tatkala transit di Changi. Ia memesan segelas teh panas untuk menelan tablet Decolgen. Pada saat mencari tempat duduk di kafe itu, ia melihat Munir dan seorang lelaki yang ketika itu belum dikenalnya. ”Setelah kurang lebih empat bulan, saya mengetahui dari media elektronik bahwa orang itu adalah Pollycarpus,” katanya, seperti tertulis dalam berita acara.
Ongen menyatakan Munir dan Pollycarpus berbincang-bincang sambil minum. Di atas meja mereka terlihat dua gelas plastik minuman. Saat itu ia duduk di meja terpisah dalam jarak dua meter dari meja keduanya. Tapi di pengadilan Ongen hanya mengakui melihat Munir duduk bersama seorang lelaki, yang menurut dia bukan Pollycarpus. Karena klaim Ongen inilah, jaksa memanggil para penyidik untuk dimintai konfirmasi di pengadilan.
Ongen diperiksa sebagai saksi sejak awal April 2007. Pada 4 April ia minta izin pergi ke Belanda untuk mempromosikan album terbarunya. Ia terbang kembali ke Tanah Air dua pekan kemudian. Ketika pesawatnya transit di Kuala Lumpur, Malaysia, dua penyidik Polri menjemput dan membawanya ke Changi untuk melakukan prarekonstruksi kematian Munir.
Hampir tengah malam 20 April, Ongen dan dua penjemputnya baru tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Menurut sumber Tempo, saat itulah sepuluh orang berjajar di belalai tempat keluar penumpang dan siap menjemput Ongen. Beberapa orang di antaranya dikenali sebagai intel sebuah kesatuan. Aparat Polri yang telah siaga di tempat itu segera melarikan Ongen.
Beberapa hari setelah itu, Ozhak Sihotang, pengacara Ongen, mengirim surat permintaan perlindungan kepada polisi. Ongen sekeluarga, termasuk pembantu rumah tangga keluarga mereka, lalu diungsikan ke Markas Komando Brimob, Kelapa Dua. Kepada pers, Ozhak menyatakan bahwa di tempat ini dua kali polisi memeriksa kliennya.
Seorang penyidik menuturkan, kesaksian bahwa lelaki yang duduk bersama Munir di Coffee Bean adalah Pollycarpus justru berawal dari Ongen. Salempang kabarnya bahkan sampai mengingatkan Ongen bahwa pengakuan itu tidak main-main. ”Polisi tidak ingin error in persona alias salah tuduh orang,” kata sumber itu.
Pada awal pemeriksaan, Ongen kabarnya bahkan diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan penyidik dengan tulisan tangan—seperti mengerjakan ujian sekolah. Di situ Ongen menulis kesaksian bahwa Polly duduk bersama Munir. Tulisan tangan yang juga diteken Ozhak ini kemungkinan akan ditunjukkan jaksa di muka sidang.
Ozhak, yang dimintai konfirmasi tentang kesaksian Ongen dengan tulisan tangan itu, tidak membantah. Tapi ia menyatakan bahwa yang diakui kebenarannya hanya kesaksian Ongen di pengadilan.
Budi Setyarso
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo