Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Sisa-Sisa Bedol Desa

Bekas desa yang terkena proyek waduk wonogiri telah didirikan rumah baru & penduduknya bercocok tanam. 1000 kk berasal dari 45 desa bertahan di wonogiri karena penampungan di sitiung belum disiapkan.(dh)

25 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBANYAK 45 desa dari 6 buah kecamatan yang terkena proyek waduk serba guna di Wonogiri sudah pindah ke tempat baru, Sitiung Sumatera Barat, Tapi di bekas desa desa itu bukan berarti tak ada kehidupan lagi, Buktinya tanaman jagung dan SayUr-nlayUr masih tumbuh subur. Artinya beberapa gelintir penduduk yang belum pindah telah menggunakan tanah di sana untuk melanjutkan kehidupan. Bahkan beberapa rumah baru telah berdiri di bekas-bekas desa itu. Dan di pagi hari mereka bercocok tanam, Mereka mengaku sudah menerima ganti rugi atas tanah, rumah, bangunan dan tanaman. Tapi mereka tetap ingin bertahan. Uang ganti rugi yang semula dimaksudkan untuk mendirikan rumah baru, ternyata mereka pinjamkan kepada kenalan. Mereka tampaknya akan bertahan sampai tempat itu digenangi air waduk. Meskipun menurut pengakuan mereka tak akan minta ganti rugi atas rumah maupun tanaman yang baru mereka dirikan secara liar itu. Bupati Wonogiri sendiri lewat SK 15 Januari 1976 dengan tegas menyebutkan bahwa daerah yang sudah memperoleh ganti rugi tidak boleh ditanami lagi. Ini diperkuat dengan SK Gubernur Jawa Tengah dengan dengan menegaskan bahwa tanah yang ada di kawasan itu milik negara dan dilarang siapapun mendirikan bangunan atau mengusahakannya. Tapi rupanya baik bupati maupun piunpinan proyek waduk itu tak tega rmenindak mereka. Apalagi jika diingat bahwa pengiriman sisa-sisa transmigran bedol desa tak selancar yang dibayangkan semula. Lebin dari 1.000 KK yang mestinya sudah berangkat menjelang akhir tahun lalu masih tertahan di Wonogiri. "Daerah penampungannya belum siap," ujar Humas Pemda Wonogiri kepada Muchlis Sulin yang melawat ke daerah itu pertengahan Januari lalu. Karena itu bulan Januari lalu sebuah tim Pemda Wonogiri berangkat menuju Rimbo Bujang, di Jambi. Hasilnya, tim itu belum dapat memastikan kapan sisa itu dapat diberangkatkan. Bahkan, "belum terfikirkan keberangkatan mereka" seperti dituturkan Kepala Humas Pemda Wonogiri. Tapi pejabat ini menyebut sisa yang lebih dari 1.000 KK itu sebagai jatah yang akan ditampung Sitiung. "Mungkin keliru menyebut lokasi," ujar drs. Hawari Siddik, jurubicara Kantor Gubernur Sumatera Barat di Padang, "maksudnya barangkali Rirnbo Bujang di Jambia Menurut Hawari jatah Sumatera Barat dari bedol desa itu sudah selesai. Sampai akhir tahun lalu sudah 2.000 KK yang dimukimkan. Dan Sitiung hanya menampung sejumlah itu. Barangkali karena iu masuk akal jika banyak saja bekas warga bedol desa yang enggan ditransmigrasikan. Sebab sebelumnya mereka mendapat bayangan keadaan yang serba lebih baik dari desa asal. Atau mungkin ini pula yang mendorong mereka secara diam-diam mengolah kembali tanah yang telah ditinggal rekan-rekan mereka. Biaya Bukan Soal Tapi yang pasti, ketak-lancaran itu satu dan ]ain hal disebabkan sulitnya meratakan tanah Rimbo Bujang di pinggir Lintas Sumatera itu dalam waktu cepat. Belum lagi untuk mendirikan sarana penampungan, yaitu rumah-rumah. "Biaya tidak ada persoalan" begitu kata pihak Kanwil Ditjen Transmigrasi Sumatera Barat. Mestinya dalam tahun anggaran 1977/1978 dan 1978/1979 ini sudah dapat dipindahkan 4.700 KK lagi. Tapi tahun lalu hanya berhasil dipindah 2.000 KK karena kesulitan pembukaan hutan di daerah Jambi itu. Jika begitu apakah waduk serba guna akan terhambat? "Mungkin saja" kata sumber TEMPO di Wonogiri. Sebab prograrn berikutnya adalah memindahkan 5.200 KK lagi. Dengan pengalaman seperti sekarang sudah tentu jumlah itu akan tertunda lagi diberangkatkan. Tapi patut pula diakui, pengerjaan proyek waduk itu berjalan lancar. Di beberapa bagian bekas desa alat-alat besar sibuk bekerja meratakan tanah menggusur bukit-bukit seluas 88 kmÿFD. Tinggi dam proyek direncanakan 31,5 meter dengan panjang 1420 meter. Kelak waduk ini akan menampung 660 juta meter kubik air. Dengan waduk ini pula diharapkan kelak banjir rutin Bengawan Sala akan dapat dikendalikan, di samping sumber pembangkit listerik. Dan sebagainya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus