KALAU walikota merasa diri tidak ahli, jadilah administrator
yang baik. Kota Yogya ini cukup banyak ahlinya, budayawan dan
seniman berbobot. Tinggal menggerakkan dan mengorganisasi."
Ucapan ini berasal dari Wakil Kepala Daerah DI Yogyakarta, Paku
Alam, ketika melantik Kolonel Inf. Soegiarto sebagai Walikota
Yogya Rabu pekan lalu.
Dalam pemilihan di DPRD ia memperoleh suara terbanyak (34),
mengalahkan dua calon lain, Drs. Sutardjo dan KRT Tondokusumo.
Sebelumnya Soegiarto menjabat sebagai Komandan Korem 071
Wijayakusuma Purwokerto. Putra kelahiran Sumberrejo Gunung Kidul
ini, membina karir militer sejak 1944. "Orangnya tegas,
sederhana, tapi juga sabar," demikian menurut kalangan yang
dekat dengannya.
Secara umum, keadaan Kodya Yogyakarta yang diwarisi Soegiarto
memang tidaklah menggembirakan. Jalan-jalan rusak, lalu lintas
semrawut, di sana-sini ada bekas galian belum ditimbun,
sedangkan sampah bertimbun di mana-mana.
Teguran Pemda
Untuk menanggulangi semua itu, Soegiarto minta waktu. "Saya akan
mencoba mengatasinya, semoga tak sampai berbulan-bulan," janji
Kolonel, putra Kromodimejo, seorang pamong desa itu. Ia mengaku
belum punya konsep karena, katanya, ia belum melakukan orientasi
dan rapat staf.
Tentu tidak gampang membenahi Yogya. Di samping soal kebersihan,
prasarana kota, juga soal gelandangan, pengangguran dan wanita
P. Tiga soal disebut terakhir ini menurut Drs. Soempono, Wk.
Ketua DPRD Yogya, belum diatasi secara tuntas.
Para gelandangan selama ini diberi pendidikan ketrampilan dan
kesempatan untuk transmigrasi. "Operasi Cakupan" berjasa
menghalau wanita P dari Kali Code, Jalan Kapas, dan sepanjang
sisi rel di Lempuyangan. Tapi tak lama -- dan mereka pun kembali
mengepung tempat-tempat itu. Untuk gelandangan, mahasiswa
Arsitektur Fakultas Teknik UGM menyumbang 2 rumah model di
pinggir Kali Code. Tatkala mahasiswa bermaksud mencari dana
lebih banyak, datang teguran dari Pemda, karena katanya Kali
Code harus bersih dari gelandangan. Tapi sebegitu jauh Pemda
tidak berbuat sesuatu, sedangkan rencana mahasiswa itu
terbengkalai -- sementara gelandangan, pelacur tetap bercokol
di sana.
Barangkali memang ada alasan Paku Alam menganjurkan agar
Walikota Yogya memanfaatkan para ahli. Karena seperti yang
diakui Soegiarto, membenahi Yogya bukan saja "minta waktu", tapi
juga harus "secara terpadu".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini