Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Soegiarto minta waktu

Kol.inf. soegiarto dilantik menjadi wali kota yogyakarta menggantikan achmad. soegiarto dianjurkan memanfaatkan para ahli dalam membenahi kota. (dh)

23 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALAU walikota merasa diri tidak ahli, jadilah administrator yang baik. Kota Yogya ini cukup banyak ahlinya, budayawan dan seniman berbobot. Tinggal menggerakkan dan mengorganisasi." Ucapan ini berasal dari Wakil Kepala Daerah DI Yogyakarta, Paku Alam, ketika melantik Kolonel Inf. Soegiarto sebagai Walikota Yogya Rabu pekan lalu. Dalam pemilihan di DPRD ia memperoleh suara terbanyak (34), mengalahkan dua calon lain, Drs. Sutardjo dan KRT Tondokusumo. Sebelumnya Soegiarto menjabat sebagai Komandan Korem 071 Wijayakusuma Purwokerto. Putra kelahiran Sumberrejo Gunung Kidul ini, membina karir militer sejak 1944. "Orangnya tegas, sederhana, tapi juga sabar," demikian menurut kalangan yang dekat dengannya. Secara umum, keadaan Kodya Yogyakarta yang diwarisi Soegiarto memang tidaklah menggembirakan. Jalan-jalan rusak, lalu lintas semrawut, di sana-sini ada bekas galian belum ditimbun, sedangkan sampah bertimbun di mana-mana. Teguran Pemda Untuk menanggulangi semua itu, Soegiarto minta waktu. "Saya akan mencoba mengatasinya, semoga tak sampai berbulan-bulan," janji Kolonel, putra Kromodimejo, seorang pamong desa itu. Ia mengaku belum punya konsep karena, katanya, ia belum melakukan orientasi dan rapat staf. Tentu tidak gampang membenahi Yogya. Di samping soal kebersihan, prasarana kota, juga soal gelandangan, pengangguran dan wanita P. Tiga soal disebut terakhir ini menurut Drs. Soempono, Wk. Ketua DPRD Yogya, belum diatasi secara tuntas. Para gelandangan selama ini diberi pendidikan ketrampilan dan kesempatan untuk transmigrasi. "Operasi Cakupan" berjasa menghalau wanita P dari Kali Code, Jalan Kapas, dan sepanjang sisi rel di Lempuyangan. Tapi tak lama -- dan mereka pun kembali mengepung tempat-tempat itu. Untuk gelandangan, mahasiswa Arsitektur Fakultas Teknik UGM menyumbang 2 rumah model di pinggir Kali Code. Tatkala mahasiswa bermaksud mencari dana lebih banyak, datang teguran dari Pemda, karena katanya Kali Code harus bersih dari gelandangan. Tapi sebegitu jauh Pemda tidak berbuat sesuatu, sedangkan rencana mahasiswa itu terbengkalai -- sementara gelandangan, pelacur tetap bercokol di sana. Barangkali memang ada alasan Paku Alam menganjurkan agar Walikota Yogya memanfaatkan para ahli. Karena seperti yang diakui Soegiarto, membenahi Yogya bukan saja "minta waktu", tapi juga harus "secara terpadu".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus