Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Sumpah Pemuda, Sekjen PKS: Kedepankan Kepentingan Bangsa, Bukan Asing

Sekjen PKS Aboe Bakar Al-habsyi mengatakan, Sumpah Pemuda mengajarkan nilai nasionalisme yang kuat.

28 Oktober 2020 | 00.25 WIB

Ilustrasi pengibaran bendera merah putih. TEMPO/Ais Novia Hidayat
Perbesar
Ilustrasi pengibaran bendera merah putih. TEMPO/Ais Novia Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera atau PKS Aboe Bakar Al-habsyi mengatakan setiap anak bangsa harus mengedepankan kepentingan bangsa dan negara. "Bukan kepentingan segelintir orang, apalagi kepentingan pihak asing," kata Al-habsyi dalam keterangan tertulisnya mengenai Sumpah Pemuda, Selasa, 27 Oktober 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Al-habsyi mengatakan, Sumpah Pemuda mengajarkan nilai nasionalisme yang kuat. Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku mengaku bertumpah darah yang satu dan menyatu dalam tanah air Indonesia, dan senantiasa mengembangkan semangat harmoni kebangsaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ini mengandung makna agar kita selalu mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan kelompok," ujarnya.

Menurut dia, semangat nasionalisme mengingatkan agar bangsa tidak menjadi bagian dari pihak yang memuluskan kepentingan asing di bumi pertiwi. Al-habsyi menilai, kepentingan asing itu menjelma dengan berbagai wajah kebijakan yang seolah-olah berpihak pada bangsa sendiri.

Selain itu, anggota DPR ini mengatakan Sumpah Pemuda mengingatkan agar tidak mudah diadu domba antar sesama anak bangsa. Kesadaran ini penting di era global yang didominasi perang asimetris yang menggunakan pendekatan proxy war.

Di titik ini, kata Al-habsyi, peran pemerintah menjadi signifikan. Ia menilai, maraknya demonstrasi seharusnya bukan disikapi dengan narasi seolah menyalahkan adanya disinformasi dan hoaks. Apalagi menyikapi dengan cara represif dan seolah mengadu domba masyarakat.

"Tetapi hendaknya lebih bijak untuk mendengar aspirasi publik dan mengedepankan semangat demokrasi," katanya.

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus