Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Super sexy tour dan wanita bangkok

Usaha mengimpor wanita muangthai untuk dijadikan istri telah dilakukan oleh seorang jerman. dia memasang iklan di koran jerman dengan tujuan wisata ke bangkok untuk mendapatkan istri orang timur. (ils)

25 Desember 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WANITA Muangthai? Ingatan segera membayang: perempuan berpinggang ramping, kulit kuning dan gerak-gerik yang lemah lembut. Lalu, kesan di beberapa kepala laki-laki: mereka pemijat yang ramah. Gadis bar yang asyik diajak bersantai. Yang bisa menghilangkan ketegangan setelah peperangan. Yang bisa menghibur dan yang bisa segalanya. Tapi usainya perang Vietnam, banyak membunuh dunia hiburan malam di kota Bangkok. Hal ini menjadikan rasa gelisah golongan wanita Muangthai yang tadinya bekerja di dunia hiburan. Sehingga timbullah eksodus yang begitu menyolok. Ke Hongkong, ke Eropa bahkan di kota Jakartapun dapat anda temui beberapa dari mereka. Dan bukanlah hal yang mustahil kalau kemudian pejabat imigrasi dari beberapa negara mempunyai perasaan curiga kalau memeriksa wanita Muangthai yang jalan-jalan ke luar negeri seorang diri. Tuna susila? Tukang pijat? Atau tukang pijat merangkap pelacur? Begitu parahkah cap yang diletakkan di punggung wanita Muangthai? Berikut ini saduran Impian si Pengusaha dari Bangkok Post. Diceritakan bagaimana laki-laki Jerman Gunter Menger - seorang pengusaha "pelesir cari bini" --mengimpor wanita-wanita Muangthai, untuk dijadikan isteri. "Setelah saya menikah dengan wanita asal Muangthai, banyak teman saya merasa iri. Melihat saya memiliki "mahluk" yang begitu cantik dan setia sebagai isteri. Saya kemudian iseng-iseng memasang iklan di koran Jerman: "Tiga wanita Muangthai teman isteri saya mencari suami orang Jerman". Hasiinya luar biasa. Peti surat saya kebanjiran lamaran orang-orang Jerman yang ingin menikah dengan wanita Muangthai". Iklan biasanya disertai pula foto Cunter Menger dan seorang gadis 20 tahun, Ploen Nonkasem. Gadis ini beberapa waktu yang lalu bahkan pernah mengiklankan dirinya untuk jadi model atau hostess Tapi tidak semua orang pernah membaca iklan Ploen yang dulu. Yang ada kini: dia sebagai nyonya Menger karena komplit pula dipancang surat kawin made in Muangthai. Bertolak dari penemuan yang sederhana seperti di atas, Menger kemudian memperluas usahanya. Usaha itu dilakukannya lebih terbuka. Memasang iklan yang menyolok dengan kalimat: "Super Sexy Tour" Ke Bangkok atau kota lainnya dan mengatur perjalanan turis Jerman ke Muangthai. Di sana, mereka diperkenalkan dengan wanita Muangthai. Kalau timbul saling cocok, perkawinan mereka bisa diatur. Dewi dari Muangthai itu bisa kontan diboyong pulang. Menger, seorang pemuda berbadan tegap, baru menanjak 40 tahun umurnya. Tak banyak yang mengetahui apa kerjanya di masa muda. Pertama kali datang ke Bangkok, bukan sebagai seorang GI. Tapi sebagai pengusaha kecil yang berniat mengimpor bunga buatan dari Muangthai. Mtanya yang tajam telah menemukan bahwa bunga hidup berupa wanita Muangthai, bisa mendatangkan uang lebih mudah. Melihat potensi besar bahwa wanita di sana mudah didapat dan murah harganya untuk dieksploitir. Apalagi calon langganan tidak sukar dicari. Sementara itu pekerja Jerman yang bergaji lumayan, banyak yang tidak tahu apa-apa tentang Bangkok. Dengan kantong tebal tentu tidak akan segan-segan mengeluarkan uang untuk wanita, komoditi yang relatif mahal di Jerman. Ditambah dengan acara teve yang menggambarkan segi remang-remang kehidupan malam di Bangkok. Adanya bar yang serba all in berikut rumah pijat ditambah bumbu dengan wanita-wanita cantik dengan pakaian minim, komplitlah rancangan Menger. Dia - seperti janjinya dalam iklan akan mengusahakan semuanya. Visa, hotel, teman kencan sampai ke pelayanan perkawinan. Tari perjalanan: seminggu DM 3.886, dua minggu DM 4.89, tiga minggu DM 5.996. Ditambah dengan pertanyaan: "Maukah anda punya isteri dari Timur? Dengan bantuan Herr Menger, itu bisa terjadi". "Pilihlah satu di antara tujuh perempuan". Tour kawin ke Muangthai ini dimulai Menger sekitar bulan Maret tahun ini. Kantor pusatnya terletak di Munster. Sebuah lagi di Babenhaousen, sebuah kota kecil dekat Frankfurt yang terkenal dengan tempat remang-remangnya. Bermula Menger berhasil menarik 7 atau 8 orang turis saja. Dia sendiri yang membawa turisnya ini Menginap di Royal Hotel, hotel kelas menengah. Menger biasanya lantas mencari wanita-wanita lewat supir-supir taksi. Tidak sulit pekerjaan ini, karena hampir setiap bar atau coffeeshop, selalu ada deretan, wanita-wanita yang mudah dicarter. Seorang turis biasanya diperkenalkan pada 4 - 7 wanita. Si turis boleh pilih mana suka. Minggu pertama, biasanya cuma perkenalan biasa saja. Minggu kedua, perkenalan semakin hot. Untuk perkenalan yang lebih akrab, pasangan baru ini kemudian melancong ke Pattaya, pantai Muangthai yang jadi obyek turis. Kalau keduanya saling kena di hati, minggu ketiga biasanya sudah meningkat ke perkawinan. Untuk menghindarkan salah pilih, Menger dalam brosurnya menambahkan: "Boleh coba dulu, sebelum pernikahan. Siapa yang mau beli, sebelum tahu betul rasanya?'. Karena iklan ini, ditambah dengan siaran teve (misalnya Bangkok Mimpi Yang Kandas, tentang nasib memelas dari sorga malam di Bangkok), ocehan orang, dan bumbu-bumbu lain yang membuat "sedap", mengalirlah laki-laki Jerman ke Bangkok. Sehingga setibanya di Bangkok, bukan pasar terapung atau istana-istana yang ingin mereka lihat, tapi cewek Muangthai yang telah digambarkan begitu eksotis. Dan pesawat carter yang menuju ke sana sering dipanggil bums bomber. Bums dalam bahasa populer Jerman berarti sanggama. Pesawat yang kembali dari Bangkok, lain lagi panggilannya. Tripper clipper, si raja singa. Sopha Yang Malang Karena begitu sering Menger bolak balik Jerman - Muangthai, hal ini merupakan tekanan tersendiri baginya. Kemudian dia mencari teman berkongsi di Bangkok. Dengan demikian, dia bisa memusatkan perhatiannya mencari langganan di Jerman. Gagal mencari kongsi dengan bangsanya sendui yang bermukim di Bangkok, akhirnya Menger bertemu dengan seorang wanita Muangthai, Sopha. Bertubuh sedikit gemuk, umur Sopha baru 30 tahun. Pernah jadi isteri orang Demnark (kemudian meninggal), Sopha adalah janda kaya. Berkongsi dengan Chamaiporn untuk menbuka sebuah coffeeshop bernama Tempo di Sukumvit Road jalan gede dan mentereng - nasib malang menimpa Sopha. Chamaiporn rupanya berniat menipu Sopha. Pertengkaran dan pemukulan terjadi pada suatu malam. Saudara Sopha yang melihat keadaan gawat ini membela Sopha. Chamaiporn di malam yang naas itu meletuskan senjatanya. Tiga orang rubuh, kecuali Sopha. Chamaiporn dihukum mati dan Tempo di Sukumvit ditutup. Dalam keadaan setengah bangkrut inilah, muncul Menger. Kebetulan sekali, Sopha memiliki rumah besar yang letaknya sedikit di luar kota. Menger pun mempunyai niat untuk memindahkan langganannya dari Royal Hotel ke hotel yang lebih murah. Soi Baring, daerah di mana rumah Sopha terletak. cukup memnuhi syarat. Cukup jauh dari mata iseng dan sekaligus menjauhkan turis dari pasaran daging mentah di Bangkok. Imbalan sebagaisewa rumah dan jerih payahnya per turis selama tiga minggu, Menger memberi 4.000 baht (20 baht sekitar Rp 400). Sebagai imbalan, Sopha ahan mendapat komisi dalam mengurus perjalanan turis yang meliputi sewa bungalow di Pattaya, sewa kendaraan, dan lain-lainnya. Nasib malang Sopha rupanya mulai cemerlang. Menger menggiatkan usahanya di Jerman. Iklannya: "Bujangan ingin berbulan madu? Ya, anda memang tidak salah baca. Berangkat sendiri dari rumah, pulangnya anda bisa membawa wanita cantik eksotis sebagai isteri. Kami hanya melayani peminat serius. Surat harap disertai amplop beralamat dan perangko secukupnya untuk dikirim ke tempat anda: Hans Gunter Menger, Thai Service Reisen, Munster. Dieburg, Goethestrasse 134". Iklan lain lagi: "Gadis cantik mencari pasangan orang Jerman untuk suami. Pelamar bisa dari segala lapisan sosial. Biaya hanya 4.682 DM (mendekati Rp 800 ribu - Red.), sudah termasuk di dalamnya tiket pesawat ke Bangkok, penginapan di hotel mewah, perkenalan yang menjamin anda bisa memilih dengan teliti, biaya perkawinan, tiket pesawat kembali ke Jerman untuk berdua. dan lain-lain. Keterangan mendetail bagi peminat serius. Telepon". Bagi yang menulis surat, Menger kemudian melampirkan brosur yang ditulis dalam bahasa hidup. Judul: Super Sexy Tour, dengan bentuk huruf yang menyolok. Ditambah lagi dengan keterangan yang lebih terperinci: "Biaya ini termasuk tiket pesawat terbang untuk kembali, kamar hotel untuk berdua sarapan pagi berdua, biaya masuk lapangan terbang, pembuatan visa, jalan-jalan di Bangkok dan cewek, cewek, cewek ... . Nama Sopha sebagai kepala perwakilan di tempat, disebut pula: "Anda akan dijemput oleh perwakilan kami. Nona Sopha akan membawa anda langsung ke hotel yang khusus disediakan di pinggiran kota. Anda bisa istirahat dulu atau langsung hidup bahagia. Miss Sopha akan memperkenalkan anda pada wanita-wanita. Cuma satu pekerjaan anda: memilih. Anda bisa ditemani seorang wanita saja atau boleh berganti pasangan setiap hari. Selera andalah yang menentukan. Wanita kami sudah jamin dengan baik, jadi anda tidak usah memberi apa-apa". Si Bavaria Bosan Untuk pelayanan seperti di atas, turis harus membajar 5.996 DM (atau satu juta rupiah kurang 5 ribu). Pembayaran di muka 500 DM dan selebihnya bisa dilunasi dalam waktu 30 hari sebelum tanggal keberangkatan. Perhitungan kasar membuktikan bahwa Menger memetik keuntungan tidak kurang Rp 600. 000 per langganan. Karena pada kenyataannya dia menggunakan pesawat carteran dengan harga murah. Keuntungan Sopha tidak secemerlang Menger. Janda yang mempunyai anak satu ini rumahnya tetap dihias dengan sederhana sekali. Beberapa poster menempel di dinding yang minta dicat lagi. Ketika Bangkok Post datang ke rumahnya, ada tiga turis Jerman diam di situ. Mereka baru saja selesai belanja. Teman wanita gadis Muangthai menyertai mereka. "Saya jemu dengan emansipasi wanita Barat yang begitu kuat", ujar seorang Bavaria yang umurnya sekitar 30-an. Sambil memperlihatkan sebentuk cincin pertunangan di tangan kirinya, dia berkata lagi: "Salah seorang saudara perermpuan saya menikah dengan laki-laki India. Wah, perlakuan terhadap suaminya luar biasa kasarnya. Perkawinan mereka berakhir dengan perceraian. Itupun setelah sang suami berlaku sabar bukan main. Setelah menyaksikan perkawinan itu. saya tidak ada niat untuk kawin dengan perempuan Barat. Seorang gadis Muangthai yang usianya baru 18 tahun dipeluknya. Kata si Bavaria lagi: "Pacar saya ini berasal dari sebuah kota dekat Ubon. Kami sudah ke sana menemui orangtuanya. Minggu depan kami menikah, dan cincin ini akan saya pakai di tangan kanan". Diceritakan pula bahwa minggu pertama dia telah menghabiskan 2.000 DM. Untuk beli oleh-oleh, kado sang pacar. kado buat calon mertua, biaya perjalanan dari Bangkok ke rumah orangtua pacar dan dolan ke Pattaya. "Tidak apa, cuma lebih sedikit dari gaji saya sebulan", ujarnya. Diakuinya pula kesulitan utama adalah bahasa. Tapi dia yakin isterinya nanti bisa bicara Jerman setelah setahun bermukim di sana. Akibat dari perkawinan antar ras gaya ini, belum timbul. Karena usaha Menger baru berlangsung beberapa bulan. Seorang pegawai penerbangan, bangsa Jerman menyatakan pendapatnya: "Wanita-wanita itu akan mengalami kesulitan. Apalagi kalau suami bertempat tinggal di kota kecil, di mana penduduknya belum siap untuk menerima orang asing. Mudah-mudahan saja kesepian dan ingin pulang kampung tidak akan menghantui wanita itu". Ada lagi yang memberi komentar lain. Yang ini dari wartawan yang pernah bermukim di Bangkok: "Memang lagi mode bagi orang Jerman tertentu. Mempunyai isteri orang Timur, dianggap menang selangkah dari yang lain. Ini bagus selama hal ini masih dianggap sesuatu yang tidak umum. Tapi apa yang terjadi kalau hal ini sudah dianggap umum? Keistimewaan jadi hilang. Dan bagaimana nasib yang menimpa wanita-wanita itu? Bagaimana dia nantinya mencari nafkah di negeri asing atau mendapatkan mukanya kembali apabila dia pulang ke Muangthai?". Tidak ada seorangpun yang bisa menentukan garis nasib di masa datang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus