ADA tiga regu peserta, lengkap dengan seorang juru bicara.
Peserta wanita, semua berkerudung. Sedang pria berpeci, lengkap
dengan jas dan dasi. Di hadapan mereka duduk seorang penanya dan
tiga orang juri. Setiap regu dilengkapi dengan bel di setiap
meja. Kalau lomba cerdas cermat di TVRI nama regu berabjad ABC,
di cerdas cermat "isi dan kandungan Al Quran," regu peserta
memakai nama-nama pahlawan: Teuku Umar, Fatahillah dan Cut
Meutiah.
"Sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, sebutkan
ayat Al Quran yang menunjukkan itu?" tanya Drs Abdurahman
Hidayat, sebagai penanya dalam atraksi cerdas cermat di Anjuong
Moh Mata, Banda Aceh, ketika berlangsung Munas ke II LPTQ
(Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran), 9 Juni lalu. Regu Cut
Meutiah yang mendapat giliran menjawab, segera membacakan surat
Al Ikhlas: "Katakan wahai Muhammad, Allah itu Esa." "Seratus,"
kata penanya -- dan hadirin bertepuk tangan.
Pertanyaan kemudian beralih ke regu Teuku Umar. Kali ini Maria
Ulfah MA, Qariah International, menyanyikan sebuah lagu dari
sebuah ayat Al Quran. Regu ini diminta menyebutkan nama lagu
itu. Kembali terdengar tepuk tangan.
Kadang-kadang pertanyaan yang diajukan cukup rumit juga. Seperti
persoalan warisan, atau regu-regu peserta harus berebut menjawab
pertanyaan yang diajukan -- semua berkaitan dengan isi kitab
suci itu.
Atraksi ini semula diusulkan kontingen DKI untuk dipertandingkan
di Musabaqoh Tilawatil Al Quran ke XII di Banda Aceh. Tapi
rupanya belum semua daerah siap sebagai peserta pertandingan,
sehingga hanya disuguhkan sebagai atraksl untuk peserta Munas
oleh 4 regu DKI dan 5 regu tuan rumah, Aceh.
Namun atraksi itu cukup memuaskan peserta Munas. Pjs. Gubernur
Aceh, Eddy Sabara termanggut-manggut menyaksikan ketangkasan
regu yang diuji. Sedang Ketua Umum LPTQ, H. Burhani
Tjokrohandoko dengan spontan memberikan hadiah khusus kepada
peserta-peserta atraksi.
Cerdas Cermat yang diusulkan DKI ini sebenarnya sudah meluas di
kalangan pelajar madrasah di DKI Jakarta. Bermula dari ide
Gubernur DKI Jaya, H. Tjokropranolo, yang ingin mengembangkan
penghayatan Al Quran bagi remaja dan pelajar pada bulan puasa
1979. Peragaan pertama, Juli 1980, seiring dengan acara perayaan
Abad ke 15 Hijriah. Ternyata sambutan cukup besar, tercatat 62
regu dari madrasah-madrasah tingkat lanjutan atas (Aliyah) di
Jakarta sebagai peserta.
Peragaan selanjutnya, November 1980, diikuti 21 madrasah aliyah,
dimenangkan Aliyah Saadatuddarain, Mampang Prapatan, Jakarta
Selatan. Terakhir, Maret 1981 dimenangkan Jamiat Khair dari
Jakarta Pusat.
Lebih Bermakna
Semenjak Mei 1981, LPTQ DKI membiayai acara cerdas cermat ini
secara rutin melalui RRI stasiun Jakarta, setiap Kamis akhir
bulan. Untuk acara di TVRI sampai saat ini masih dipersiapkan.
Di tingkat nasional, 13 November 1980 Gubernur DKI mengirim
surat kepada Menteri Agama, agar cerdas cermat isi dan kandungan
Al Quran bisa dibawa ke MTQ tingkat nasional. Melalui Dirjen
Bimas Islam, Burhani Tjokrohandoko, Menteri Agama menyambut baik
ide itu. Untuk sementara, realisasinya berwujud atraksi di MTQ
XII, Banda Aceh. Tapi dalam MTQ XIII mendatang, cerdas cermat
ini disepakati peserta Munas untuk lebih dimasyarakatkan.
"Di DKI sendiri tanggapan masyarakat terhadap cerdas cermat itu
cukup positif," kata Azhari, Ketua LPTQ DKI. Untuk itu
pemerintah DKI mengeluarkan anggaran 25% dari seluruh budget
LPTQ yang besarnya Rp 48 juta.
Ternyata bukan hanya wakil DKI yang melihat manfaat cerdas
cermat ini. "Saya kira cerdas cermat ini lebih bermakna daripada
MTQ sendiri," nilai Husein Sagaf, Sekretaris I Team Kerja MTQ
Nasional ke XII, selesai melihat atraksi. Sebab, dengan cerdas
cermat itu tidak lagi sekedar melagukan atau memperkenalkan Al
Quran kepada masyarakat, tapi sudah memperjelas kandungan Al
Quran.
Untuk itu, peserta memang dituntut memiliki pengetahwan lebih
luas, bukan hanya soal-soal yang berkaitan dengan Al Quran.
Karena tidak jarang, pertanyaan yang dilontarkan juga mengenai
galaksi bintang-bintang di langit. Bahkan penguasaan bahasa
Inggris yang baik pun dituntut, karena di tingkat DKI saja
pernah ditanyakan ayat Al Quran yang diterjemahkan dalam bahasa
Inggris.
Pentingnya cerdas cermat itu diakui juga oleh H.Z.A. Nuh, staf
Menteri Agama untuk bidang Kerukunan Beragama. "Bagi saya cerdas
cermat ini penting sekali agar ilmu-ilmu yang bersangkutan
dengan Al Quran lebih difahami," ujarnya. Dan dengan cara itu,
tambahnya, penghayatan terhadap isi Al Quran bisa dimulai dari
generasi yang masih remaja.
"Peserta lomba juga harus banyak membaca buku," kata Elly Nuzuli
(18 tahun) peserta dari regu Teuku Umar DKI. Selain dari buku
pelajaran sekolah ia mengaku juga membaca buku lain, seperti
buku perbandingan Al Quran, Bible dan Ilmu Pengetahuan Modern
karangan Maurice Bucaille, seorang sarjana Prancis. Untuk lomba
di Aceh, Elly mengaku mempersiapkan diri selama dua bulan. Walau
kalah Elly dan kawan-kawannya senang juga, sebab mendapat hadiah
tidak terduga Rp 25.000 dari H. Burhani. "Akan saya belikan
buku-buku," ujarnya girang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini