Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Tak Hanya Sekedar Berlagu

Mtq nasional di aceh diselingi acara lomba cerdas cermat isi & kandungan al qur'an, acara ini akan lembagakan dalam mtq selanjutnya. peserta dituntut memiliki pengetahuan luas. (ag)

4 Juli 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA tiga regu peserta, lengkap dengan seorang juru bicara. Peserta wanita, semua berkerudung. Sedang pria berpeci, lengkap dengan jas dan dasi. Di hadapan mereka duduk seorang penanya dan tiga orang juri. Setiap regu dilengkapi dengan bel di setiap meja. Kalau lomba cerdas cermat di TVRI nama regu berabjad ABC, di cerdas cermat "isi dan kandungan Al Quran," regu peserta memakai nama-nama pahlawan: Teuku Umar, Fatahillah dan Cut Meutiah. "Sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, sebutkan ayat Al Quran yang menunjukkan itu?" tanya Drs Abdurahman Hidayat, sebagai penanya dalam atraksi cerdas cermat di Anjuong Moh Mata, Banda Aceh, ketika berlangsung Munas ke II LPTQ (Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran), 9 Juni lalu. Regu Cut Meutiah yang mendapat giliran menjawab, segera membacakan surat Al Ikhlas: "Katakan wahai Muhammad, Allah itu Esa." "Seratus," kata penanya -- dan hadirin bertepuk tangan. Pertanyaan kemudian beralih ke regu Teuku Umar. Kali ini Maria Ulfah MA, Qariah International, menyanyikan sebuah lagu dari sebuah ayat Al Quran. Regu ini diminta menyebutkan nama lagu itu. Kembali terdengar tepuk tangan. Kadang-kadang pertanyaan yang diajukan cukup rumit juga. Seperti persoalan warisan, atau regu-regu peserta harus berebut menjawab pertanyaan yang diajukan -- semua berkaitan dengan isi kitab suci itu. Atraksi ini semula diusulkan kontingen DKI untuk dipertandingkan di Musabaqoh Tilawatil Al Quran ke XII di Banda Aceh. Tapi rupanya belum semua daerah siap sebagai peserta pertandingan, sehingga hanya disuguhkan sebagai atraksl untuk peserta Munas oleh 4 regu DKI dan 5 regu tuan rumah, Aceh. Namun atraksi itu cukup memuaskan peserta Munas. Pjs. Gubernur Aceh, Eddy Sabara termanggut-manggut menyaksikan ketangkasan regu yang diuji. Sedang Ketua Umum LPTQ, H. Burhani Tjokrohandoko dengan spontan memberikan hadiah khusus kepada peserta-peserta atraksi. Cerdas Cermat yang diusulkan DKI ini sebenarnya sudah meluas di kalangan pelajar madrasah di DKI Jakarta. Bermula dari ide Gubernur DKI Jaya, H. Tjokropranolo, yang ingin mengembangkan penghayatan Al Quran bagi remaja dan pelajar pada bulan puasa 1979. Peragaan pertama, Juli 1980, seiring dengan acara perayaan Abad ke 15 Hijriah. Ternyata sambutan cukup besar, tercatat 62 regu dari madrasah-madrasah tingkat lanjutan atas (Aliyah) di Jakarta sebagai peserta. Peragaan selanjutnya, November 1980, diikuti 21 madrasah aliyah, dimenangkan Aliyah Saadatuddarain, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Terakhir, Maret 1981 dimenangkan Jamiat Khair dari Jakarta Pusat. Lebih Bermakna Semenjak Mei 1981, LPTQ DKI membiayai acara cerdas cermat ini secara rutin melalui RRI stasiun Jakarta, setiap Kamis akhir bulan. Untuk acara di TVRI sampai saat ini masih dipersiapkan. Di tingkat nasional, 13 November 1980 Gubernur DKI mengirim surat kepada Menteri Agama, agar cerdas cermat isi dan kandungan Al Quran bisa dibawa ke MTQ tingkat nasional. Melalui Dirjen Bimas Islam, Burhani Tjokrohandoko, Menteri Agama menyambut baik ide itu. Untuk sementara, realisasinya berwujud atraksi di MTQ XII, Banda Aceh. Tapi dalam MTQ XIII mendatang, cerdas cermat ini disepakati peserta Munas untuk lebih dimasyarakatkan. "Di DKI sendiri tanggapan masyarakat terhadap cerdas cermat itu cukup positif," kata Azhari, Ketua LPTQ DKI. Untuk itu pemerintah DKI mengeluarkan anggaran 25% dari seluruh budget LPTQ yang besarnya Rp 48 juta. Ternyata bukan hanya wakil DKI yang melihat manfaat cerdas cermat ini. "Saya kira cerdas cermat ini lebih bermakna daripada MTQ sendiri," nilai Husein Sagaf, Sekretaris I Team Kerja MTQ Nasional ke XII, selesai melihat atraksi. Sebab, dengan cerdas cermat itu tidak lagi sekedar melagukan atau memperkenalkan Al Quran kepada masyarakat, tapi sudah memperjelas kandungan Al Quran. Untuk itu, peserta memang dituntut memiliki pengetahwan lebih luas, bukan hanya soal-soal yang berkaitan dengan Al Quran. Karena tidak jarang, pertanyaan yang dilontarkan juga mengenai galaksi bintang-bintang di langit. Bahkan penguasaan bahasa Inggris yang baik pun dituntut, karena di tingkat DKI saja pernah ditanyakan ayat Al Quran yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Pentingnya cerdas cermat itu diakui juga oleh H.Z.A. Nuh, staf Menteri Agama untuk bidang Kerukunan Beragama. "Bagi saya cerdas cermat ini penting sekali agar ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan Al Quran lebih difahami," ujarnya. Dan dengan cara itu, tambahnya, penghayatan terhadap isi Al Quran bisa dimulai dari generasi yang masih remaja. "Peserta lomba juga harus banyak membaca buku," kata Elly Nuzuli (18 tahun) peserta dari regu Teuku Umar DKI. Selain dari buku pelajaran sekolah ia mengaku juga membaca buku lain, seperti buku perbandingan Al Quran, Bible dan Ilmu Pengetahuan Modern karangan Maurice Bucaille, seorang sarjana Prancis. Untuk lomba di Aceh, Elly mengaku mempersiapkan diri selama dua bulan. Walau kalah Elly dan kawan-kawannya senang juga, sebab mendapat hadiah tidak terduga Rp 25.000 dari H. Burhani. "Akan saya belikan buku-buku," ujarnya girang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus