Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB Letnan Jenderal Doni Monardo meminta masyarakat memahami salah satu penyebab banjir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Pertama curah hujan tinggi. Tetapi ada faktor lain yang disebabkan perilaku,” kata Doni dalam peluncuran Petabencana.id di Graha BNPB, Jakarta, Selasa, 11 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Doni mengatakan, salah satu perilaku yang dapat menyebabkan banjir adalah kegiatan pertambangan ilegal, yaitu menambang di tempat yang dilarang. Misalnya, menambang di tebing dengan sudut kemiringan lebih dari 45 derajat. Ketika curah hujan besar, sebagian tebing bisa longsor.
Perilaku lainnya, kata Doni, adalah illegal logging atau pembalakan liar. Hal tersebut dapat menambah persoalan banjir. Kemudian, alih fungsi lahan untuk perkebunan, pertanian, dan permukiman penduduk.
Doni mencontohkan di kawasan Puncak, Bogor, diisi banyak perkebunan, seperti tanaman anggrek, stroberi, dan tanaman lainnya yang memiliki nilai ekonomis relatif tinggi. Setelah diperhatikan, tanaman-tanaman tersebut, alas tanahnya ditutupi terpal sehingga tidak ada tetesan air yang meresap ke tanah.
“Nah ini butuh kesadaran. Tidak boleh larang masyarakat melakukan kegiatan pertanian, tapi harus diingatkan kalau tidak jaga keseimbangan ekosistem, semakin dikit daerah resapan, yang terdampak wilayah rendah. Di mana wilayah rendahnya? Di Jakarta,” kata Doni.
Selain itu, kebiasaan buruk menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah menjadi penyebab banjir. Doni mengungkapkan banyak temuan daerah-daerah yang sungainya penuh sampah. Padahal sungai dan gorong-gorong merupakan tempat jalannya air.
Doni menuturkan, ketika sungai-sungai sudah dipenuhi sampah dan membawa sedimen tinggi ditambah curah hujan besar, maka tidak ada tempat air mengalir. Sementara air selalu mencari tempat yang rendah.
“Akhirnya meluap, air mencari jalan sendiri karena manusia tidak memberikan jalan untuk air. Ingat, air tidak pernah sekolah. Jadi dia akan mencari tempat yang rendah. Kalau kita membiarkan ini terus, sampai kapanpun kita tidak akan pernah bisa mencegah banjir," kata Doni.