Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Kelompok mahasiswa dan dosen Universitas Padjadjaran atau Unpad mengembangkan penjernih minyak jelantah yang dinamakan Taborai. Sejauh ini minyak jelantah yang bisa dijernihkan atau dimurnikan itu dalam kondisi sudah berwarna kecoklatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami mau mengembangkan untuk minyak jelantah yang coklat banget sampai hitam,” kata In In Hanidah, dosen Fakultas Teknologi Ilmu Pertanian Unpad yang membimbing tim, Selasa, 26 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut In in, Taborai merupakan hasil riset yang dikembangkan tim mahasiswa dari beberapa riset sebelumnya oleh peneliti lain. Kelompok mahasiswa mengajukannya untuk Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan dan berhasil lolos untuk mendapatkan pendanaan dari pemerintah.
Mereka adalah Nariswari Ratnadhewati, Arya Sena Espriyanto dan Aulia Qotrunada Ulima dari Teknologi Pangan, kemudian Iin Lailatul Ma’rifah dari Agroteknopreneur, dan Maylisa Tiara Adi Putri mahasiswi jurusan Statistika Unpad.
Menurut In In, target awal produk itu adalah penjual makanan, namun kemudian bergeser ke kalangan ibu rumah tangga sejak Agustus 2023. Sebungkus yang berisi tablet penjernih dan serbuk bleaching earth atau BE bisa digunakan untuk minyak jelantah atau bekas pakai sebanyak satu liter.
Sesuai takaran, tablet dimasukkan ke dalam minyak jelantah kemudian dipanaskan dengan api kecil selama dua menit sambil diaduk. Setelah itu matikan kompor dan pisahkan tablet penjernih dari minyak lalu tuangkan serbuk BE sesuai takaran lalu diaduk sampai merata. Setelah itu minyak dituangkan ke wadah dan didiamkan selama 24 jam, lalu pisahkan minyak dari endapan BE.
Penjernih minyak jelantah itu menggunakan bahan baku utama bonggol jagung, serai dan BE. Menurut In In, limbah organik bonggol jagung diperoleh dari petani di Garut.
“Kita pelajari ada senyawa apa saja dan dari bahan alam apa yang mampu menyerap radikal bebas dari minyak jelantah,” kata In in.
Olahan penjernih minyak jelantah itu dilatari kepedulian agar penggunanya bisa hidup sehat. Selain itu, menurut In In, untuk mengurangi limbah dari pembuangan minyak jelantah oleh masyarakat yang berpotensi menimbulkan polusi lingkungan. Ia berharap tidak ada pihak yang mengaku menjual minyak goreng baru padahal dari hasil penjernihan minyak jelantah.