Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Tragedi G30S, Tiga Peluru Menembus Punggung Ade Irma Suryani Nasution

Tragedi G30S pada 1965, bukan hanya menewaskan para pahlawan revolusi, tapi juga bocah perempuan 5 tahun, Ade Irma Suryani Nasution menjadi korban.

2 Oktober 2021 | 10.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Makam Ade Irma Suryani Nasution di Kompleks Kantor Wali Kota Jakarta Selatan - Foto dok. S, Dian Andryanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Selain menculik dan pembunuhan pahlawan revolusi, peristiwa G30S juga telah merenggut nyawa bocah berusia 5 tahun. Ia adalah Ade Irma Suryani Nasution yang merupakan anak bungsu Jenderal AH Nasution. Ade Irma yang lahir pada 19 Februari 1960 itu meninggal setelah terkena peluru tembakan pasukan Cakrabirawa yang memaksa masuk kamar Jenderal Besar itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pasukan Cakrabirawa ingin menculik Jendral AH Nasution seperti yang dilakukan kepada jenderal lainnya, dengan melakukan penyerbuan ke rumah di daerah Menteng, Jakarta Pusat untuk kemudian dibawa ke Lubang Buaya di Jakarta Timur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, AH Nasution berhasil menyelamatkan diri dengan memanjat tembok rumahnya. Dan, pasukan Cakrabirawa justru membawa Kapten Pierre Tendean yang merupakan ajudan AH Nasution. Rupanya pasukan tersebut percaya bahwa Tendean mengaku sebagai Nasution. Dalam peristiwa tersebut akhirnya Tendean juga meninggal dunia.

Sebanyak tiga peluru bersarang di punggung Ade Irma Suryani akibat dari senjata laras panjang milik pasukan Cakrabirawa.

Ade Irma yang mencoba menjadi pelindung bagi sang ayah, ditembak dari jarak dekat. Setelahnya, dengan bermandikan darah ia berada dalam pelukan sang ibu Johanna Sunarti Nasution. Ade Irma kemudian dilarikan ke rumah sakit Angkatan Darat untuk mendapatkan pertolongan. Sempat dirawat selama tiga hari di RSPAD Gatot Subroto, Ade Irma akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada 6 Oktober 1965.  

Gadis kecil yang menjadi perisai ayahnya itu di pemakaman, yang sekarang berada dalam Kompleks Kantor Wali Kota Jakarta Selatan. Meskipun awalnya keluarga berharap agar Ade Irma dapat dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Seperti perkataan Hendriyanti, kakaknya, saat itu.

“Keinginan itu muncul setelah bapak saya meningal. Alangkah baiknya kalau, makam Ade bisa berdekatan dengan (makam) Bapak,” kata Hendriyanti Sahara Nasution, anak pertama almarhum AH Nasution, yang kini pun telah meninggal.

PUSPITA AMANDA SARI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus