Unek-Unek Carrascalao Dipertanyakan, mengapa base camp Celah Timor di Kupang Perlu otonomi Tim-Tim. Pusat tak-- perlu mengatur semua. "SAYA omong sebagai Mario Carascalao. Kalau sebagai gubernur, saya tidak boleh omong begini," kata Gubernur Timor Timur itu dalam acara dengar pendapat dengan Fraksi Karya Pembangunan di DPR, Jakarta Sabtu pekan silam. Di forum yang membahas RUU Celah Timor yang tak lama lagi bakal -- diratifikasi, Carrascalao sempat menumpahkan unek-uneknya dengan gaya bicara ceplas-ceplos. Gubernur, misalnya, mengatakan pernah mendengar base camp Celah Timor direncanakan di Kupang, ibu kota Nusa Tenggara Timur (NTT). Alasannya, fasilitasnya dianggap lebih baik ketimbang di Dili. "Timor gap ini kan kepentingan langsung Timor Timur. Kalau begini, Tim-Tim hanya jadi obyek saja," katanya. Ia lantas menunjuk fasilitas Baucau punya landasan internasional, yang bisa didarati DC-10 atau Boeing 747. Gubernur juga lantas mengeluh soal kopinya terkenal enak itu. "Walau terbaik di dunia, toh tak bisa diekspor, kecuali lewat Kupang atau -- Surabaya," katanya. Bulan lalu, Gubernur diwawancarai wartawan TEMPO Zed Abidien di kantornya. Berikut kutipan ucapan Carraial Apa prioritas Timor Timur dalam meningkatkan taraf hidup rakyat? Seperti yang sudah sering saya jelaskan dalam setiap forum, Tim-Tim punya prioritas pembangunan pendidikan, kes-ehatan, pertanian, desa, perhubungan, dan pemantapan aparatur pemerintah. Untuk pembangunan desa, misalnya, kami akan memperbanyak pusat-pusat ekonomi di desa. Ini penting karena di kota tak ada industri seperti halnya di Jawa. Kami juga berusaha menggali kekayaan alam, seperti pertambangan marmer. Sekarang ini banyak pihak ikut terlibat untuk memikirkan pembangunan IBT (Indonesia Bagian Timur). Apa pendapat Anda? Harus dibedakan, "Membangun di Indonesia Timur" dengan "Membangun Indonesia Timur". Selama ini saya belum melihat konsep yang cocok membangun IBT itu. Sebab, kalau hanya membangun pabrik-pabrik di sini, tapi tak dapat memperbaiki rakyat sekitarnya, ya percuma saja. Bagaimana caranya agar swasta ikut mengembangkan IBT? Ya, tentu pemerintah yang memulai lebih dulu. Misalnya membuat sarana pendukung seperti transportasi dan telekomunikasi. Di sini transportasi belum seperti dae-ah lain. Jadwal penerbangan ke daerah sini hanya sekali sehari. Telepon juga begitu. Hubungan ke Surabaya dan Jakarta masih susah. Saya tidak tahu, kenapa begitu. Ya, swasta bisa tertarik ke sini kalau ada kemudahan-kemudahan toh? Bagaimana tingkat kehidupan rakyat Tim-Tim? Pendapatannya masih rendah dibanding daerah lain. Tapi sekarang saya juga selalu berusaha meningkatkan kualitas manusianya Di sini sarjana sudah banyak, 200-an orang. Tapi mutu pendidikan di sini masih rendah sekali. Banyak guru yang memberi nilai aspal. Saya sangat marah terhadap para guru yang punya mental buruk begitu. Tapi sikap keras saya begini kadang ditanggapi negatif oleh aparat saya. Mereka ada yang bilang saya terlalu pro-pendatang, orang Jawa atau suku lain dari luar Timor Timur. Ini kan tidak benar. Dalam membangun daerah, tentu saya tak boleh membedakan mana yang putra daerah mana yang pendatang. Kalau daerah ini mau maju, ya harus didukung banyak pihak. Termasuk dari yang luar sini. Mengapa pertanian menjadi prioritas? Bukankah daerah ini tandus? Ada daerah subur. Tapi saya tak ingin daerah ini menjadi surplus beras. Sebab, itu sudah ada -- di daerah lain. Orientasi pembangunan pertanian adalah untuk mencukupi kebutuhan sendiri. Justru yang kami tingkatkan adalah kopi. Bagaimana iklim politik? Sudah aman? Saya jamin aman. Saya pernah keliling ke daerah selatan yang subur itu. Katanya, tempat itu masih rawan GPK. Tapi saya nekat ke sana, dan tidur di atas pohon hutan. Saya selamat, tak ada apa-apa. Bagi saya, yang penting harus dihilangkan pembatasan-pembatasan. Otonomi daerah diperlonggar. Jangan semua diatur dari pusat. Pusat hanya mengawasi saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini