Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Untuk Lintas Selatan

Sebagian jalan jagorawi yang diresmikan presiden soeharto telah selesai sepanjang 27 km. Jalan ini dibangun agar pertumbuhan wilayah seimbang. Jalur jagorawi ini akan diteruskan sampai Bandung. (dh)

18 Maret 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGIAN jalan Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi) yang diresmikan Presiden Soeharto pekan lalu telah selesai sepanjang 27 km (Cawang/Jakarta-Cibinong). (TEMPO, 11 Maret 1978). Jalan ini dirancang sejak 1963, di zaman Presiden Soekarno. Menurut Dirjen Bina Marga, Purnomosidi, pembuatan jalan ini erat kaitannya dengan pertumbuhan wilayah yang seimbang. Maksudnya menggalakkan daerah-daerah yang selama ini dianggap tertinggal tingkat pertumbuhan ekonominya. Oleh karena itu terkandung gagasan untuk meneruskan jalur Jagorawi ini sampai di Bandung. Lalu di Jawa Timur, jalan serupa direncanakan juga untuk lintas Surabaya-Porong (35 km). Demikian juga halnya di Jawa Tengah bagian selatan. Sehingga, kata Purnomosidi, Jawa bagian selatan yang tingkat pertumbuhan ekonominya agak tertinggal dibanding Jawa bagian utara (Jakarta, Cirebon, Semarang dan Surabaya)--dapat ditolong. "Lintas selatan itu justeru jalan ekonomi, karena memberikan jasa distribusi" tutur Purnomosidi: "kalau kesempatan dibuka, saya kira mereka akan memakai lintas selatan itu." Jadi pembuatan jalan semacam Jagorawi yang mahal itu (Rp 575 juta perkm) tak semata-mata untuk mengurangi kepadatan lalu-lintas jalan yang sudah ada. Sebab menurut penelitian Bina Marga 1974 kepadatan lalu-lintas justru terjadi di lintas utara. Misalnya, menurut penelitian tadi, dalam sehari lintas Jakarta-Tangerang dilewati oleh 6.216 sedan, 1.293 bis dan 3.585 truk. Begitu pula Jakarta-Bekasi: 3.065 sedan, 858 bis dan 4.414 truk. Sedangkan lintas Jakarta-Cibinong (selatan) tercatat sehari hanya dilewati 6.046 sedan, 1.879 bis dan 3.534 truk. Jabotabek Dengan angka-angka itu jelas, kegiatan ekonomi selama ini lebih banyak berlangsung di sebelah utara dengan pabrik-pabrik dan pergudangan yang sudah ada. Melalui penelitian tadi juga ternyata selama 3 tahun terakhir arus niaga (truk) ke timur menuju Bekasi naik 100% sementara arus ke selatan (Cibinong) hanya mengalami kenaikan 30%. Oleh karena itu, Dirjen Bina Marga kembali menegaskan "dalam pembangunan Jagorawi ini polanya tidak mengikuti trend, tapi mengikuti perkembangan wilayah." Pada akhirnya Jagorawi akan merupakan kesatuan dengan lintas Jabotabek (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi). Jika jalur jalan Jagorawi ini selesai (artinya sudah sampai di Ciawi), awal tahun depan akan dimulai pembuatan lintas Jakarta-Cikampek sepanjang 74 km. Dan kemudian pada periode 1981/1982 baru dibuat pula jalan cuhai dalam Kota Jakarta: menghubungkan Jalan Gunung Sahari-Jakarta By Pass-Cakung-Gatot Subroto dan berujung di Cawang (pangkal Jagorawi sekarang). Pemakai Jalan Jagorawi boleh ngebut. Sebab memang disediakan untuk laju kendaraan antara 60 hingga 120 km per jam. Tapi sekarang, tinggal satu soal: bagaimana penduduk di sekitar jalur jalan itu, bagi keamanan mereka, ternakternak mereka dan jalan itu sendiri. Sebab meskipun sudah dibuatkan jalan sejajar dengan Jagorawi berikut terowongan-terowongan bawah tanah bagi lintasan penduduk toh pagar pengaman masih ada yang mereka rusak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus