AKHIRNYA Lapangan Udara Perintis Cut Ali di Rasian, Tapaktuan
(Aceh Selatan) diresmikan bulan lalu. Artinya, selesailah satu
kerja yang hampir saja menelan biaya percuma. Betapa tidak, Jika
pengerjaannya terhenti sampai 2 tahun dan hampir terlupakan. Ini
gara-gara PT Waskita Karya yang mengerjakannya pernah ngambek,
seperti diungkapkan Dirjen Perhubungan Udara, Kardono, ketika
meresmikannya.
Ulah Waskita liarya tentu dengan alasan. Tempat itu selalu
digenangi air Sungai Rasian setiap kali hujan turun. Dan untuk
sampai ke sana membawa alat-alat besar, bukan pula pekerjaan
mudah. Sehingga daripada bersusah payah dengan pekerjaan
sia-sia, akhirnya Waskita Karya menghentikall kerjanya.
Tunggu Dulu
Kardono mengakui tcmpat itu dipilih sebaKai hasil survey yang
salah. Tapi dari pada pekerjaan sia-sia, akhirnya biaya
diperbesar. Pemborongnya juga diganti, diberikan kepada PT
Marjaya, milik Teuku Markam yang mulai jaya lagi. Tapi Marjaya
juga rupanya mengalami hambatan. "Medannya sangat sulit,
sehingga jumlah tanah timbunan harus ditambah berlipat kali,"
tutur Purnomo dari Marjaya. Karena itu, pekerjaan itupun baru
dapat rampung setelah terlambat 3 bulan dari rencana.
Lapangan Udara Perintis Cut Ali terbentang di areal tanah
seluas 7.000 mÿFD. Panjang landasannya 810 m dengan lebar 28,5
meter. Dilengkapi pula dengan berbagai fasilitas penerbangan.
Masih tinggal, jalan sepanjang 19 km menghubungkan lapangan
itu dengan Tapaktuan, ibukota Kabupaten Aceh Selatan, masih
berantakan. Ini diakui Bupati Sukardi. Tapi katanya, "tunggu
dulu, bukankah jalan itu bagian dari Aceh Road Bettermen
Project" yang sekarang juga sedang dikerjakan PT Marjaya.
Tapi lebih dari semua itu adalah lapangan udara perintis ini
telah menjadi satu-satunya pintu yang paling cepat membuka
hubungan Tapaktuan, dengan Banda Aceh maupun Medan. "Sejak hari
ini daerah saya tidak terkurung lagi," ucap Bupati Sukardi
sewaktu upacara peresmian. Dan memang jarak Tapaktuan-Banda Aceh
yang 445 km melalui jalan darat yang buruk masih harus ditempuh
dalam waktu hampir seminggu, "Sekarang dengan pesawat terbang
hanya 65 menit," tambah Sukardi. Ke Medan malahan hanya 35
menit.
Karena itulah hari-hari pertama sejak jalur penerbangan ke Cut
Ali dibuka, tempat di pesawat Merpati (MNA) selalu penuh. Juga
ke jurusan Medan. Khusus ke jurusan Banda Aceh hampir seluruh
tempat duduk diborong oleh para pejabat yang hendak berurusan
dengan Pemda propinsi. Melihat inilah beredar pembicaraan di
kalangan masyarakat Aceh Selatan agar jalur penerbangan itu d
itambah dari 2 kali menjadi 4 kali seminggu. Kabarnya pihak MNA
masih menghitung-hitung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini