Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Wawancara Khusus

Wawancara khusus Tempo dengan menlu Prancis Louis De Guiringaud menjelang kunjungannya ke Indonesia, a.l: tentang hubungan ekonomi. (nas)

9 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEKAN ini, 8 September jam 20.30, dengan pesawat khusus seorang Ilmu penting datang ke Indonesia. Dialah Menteri Luar Negeri Perancis, Louis de Guiringaud, yang akan disertai 10 pejabat tinggi pelbagai departemen dan wartawan. Di samping itu, 20 industrialis dan bankir Perancis akan bergabung dengan Menteri di Jakarta. Louis de Guiringaud, 67 tahun, mungkin orang yang tepat sebagai utusan Perancis ke sebuah negeri berkembang seperti Indonesia. Diplomat yang panjang karirnya ini aktif dalam tahap awal pembicaraan yang disebut sebagai "dialog Utara dengan Selatan" --antara negeri berkembang dengan negeri maju. Di tahun 1966 ia Dutabesar untuk Jepang, setelah beberapa tahun lamanya berhubungan dengan negeri-negeri di Afrika, misalnya sebagai Duta besar di Ghana. Menjelang kunjungan Menteri Luar Negeri itu ke Indonesia, TEMPO meminta korespondennya di Eropa, Jusfiq Hadjar, mengajukan serangkaian pertanyaan. Di bawah ini adalah hasil tanyajawab itu: Akhir-akhir ini perhatian Pemerintah Perancis kepada Indonesia terasa amat meningkat. Beberapa waktu yang lalu Menteri Muda Urusan Perguruan Tinggi berkunjung ke negeri ini dan beberapa bulan yang lalu Kepala Staf Angkatan Bersenjata Perancis Jenderal Mery juga mengadakan kunjungan selama beberapa hari ke sini. Dan sekarang ini Anda. Bisakah dijelaskan kepada kami sebab perkembangan ini? Perancis menaruh perhatian besar terhadap keseluruhan Asia Tenggara. Karena Perancis menganggap daerah ini sebagai salah satu yang terpenting di dunia pada akhir abad ini, mengingat posisi geografisnya serta kemungkinan perkembangan ekonominya yang tersendiri. Terasa oleh Perancis, bahwa di daerah ini Indonesia memainkan suatu peranan penting yang khusus, berkat tradisi-tradisinya, jumlah penduduknya serta berkat kekayaan sumber alamnya -- semua faktor yang menjamin kemajuan ekonominya dalam tahun-tahun mendatang mulai dari hasil-hasil yang telah diperoleh. Lagi pula Perancis menghargai kebijaksanaan serta kesederhanaan politik luar negeri Indonesia yang bertujuan saling pengertian serta perdamaian antara negara-negara di daerah itu dan pemeliharaan hubungan baik dengan semua negara. Ketika Presiden Suharto berkunjung ke Perancis di akhir tahun 1972, beliau telah mengundang Presiden Perancis untuk berkunjung ke Kepulauan ini. Apakah undangan itu akan dipenuhi dalam waktu yang dekat ini? Presiden Republik Perancis pasti akan gembira dengan mengadakan kunjungan ke Indonesia pada hari yang akan ditetapkan kemudian. Di samping peningkatan hubungan antar Pemerintah ini, di bidang ekonomi pun terlihat bahwa perhatian kaum pengusaha Perancis bertambah besar kepada pasaran Indonesia. Pameran Ekonomi dan Teknologi yang diadakan di Jakarta beberapa waktu yang lalu adalah pameran yang terbesar yang pernah diorganisir oleh Perancis di luar negeri. Dan modal Perancis pun sudah banyak yang ditanam: perusahaan minyak Total adalah perusahaan pengeboran minyak yang kedua pentingnya di Indonesia sekarang ini. Tapi di bidang industri kegiatan modal Perancis masih amat jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan negeri lain. Apakah menurut pendapat Anda yang jadi penghalang masuknya modal Perancis ke Indonesia? Sesungguhnya penanaman modal Perancis di Indonesia masih sederhana dan terbatas hanya pada beberapa sektor minyak tanah, perkebunan dan kehutanan, obat-obatan serta industri-industri kecil pengolahan. Hal ini tentu saja harus dilihat dari akibat jauhnya letak geografis dan akibat masa lalu yang kurang saling mengenal. Sadar akan aspek-aspek hubungan ekonomi Indonesia Perancis ini, kedua pemerintah, baik di Jakarta maupun di Paris, berusaha untuk mengatasi keadaan ini. Demikianlah sejak 1973, telah diputuskan suatu konvensi mengenai penggalakan dan perlindungan terhadap penanaman modal, yang berlaku sejak 1975. Bukti lain dari kemauan bersama ini dapat terlihat pada penandatanganan suatu persetujuan dihapuskannya bea masuk ganda, yang akan dilakukan pada saat kunjungan saya ke Jakarta. Pemerintah Perancis bermaksud terus memberikan dorongan bagi perkembangan penanaman modal Perancis di Indonesia. Hilangnya hambatan-hambatan pokok bagi masuknya modal Perancis ke Indonesia, saya kira, terletak pada usaha-usaha penerangan. Terutama pada prospek inilah, pada kunjungan ini saya ingin disertai oleh suatu misi perindustrian dan perbankan. Meskipun demikian masih ada beberapa masalah yang terkatung-katung yang hanya dapat menjadi rem bagi peranan modal kuat dan yang akan saya sebutkan secara cepat: tidak mungkinnya bank-bank Perancis membuka loketnya di Indonesia dengan tugas penuh, kesukaran-kesukaran, terutama di bidang fiskal, yang dijumpai oleh perusahaan-perusahaan Perancis tertentu. Masih dalam rangka hubungan ekonomi antar kedua negeri ini. Perkembangan perindustrian ringan di kawasan ini, memerlukan pasaran di negeri-negeri maju seperti Perancis. Susahnya bagi Indonesia adalah Masyarakat Ekonomi Eropa misalnya mendirikan penghalang pabean yang mempersulit masuknya produksi negeri ini ke negeri-negeri anggotanya. Dalam perundingan antara Asean dan MEE nanti apakah Pemerintah Perancis akan menyokong pendapat Menteri Kerjasama Belanda Jan de Koning yang menginginkan agar bariere itu diturunkan? Pertanyaan Saudara menyebutkan bahwa MEE telah memperkokoh tembok-tembok tarifnya untuk membatasi ekspor barang hasil industri dari negara-negara yang sedang berkembang. Ini sebenarnya tidak betul. Sebaliknya, MEE telah membuka lebar-lebar pasarannya untuk menerima hasil industri dari negara yang sedang berkembang, sambil membebaskan secara besar-besaran barang-barang tersebut dari bea cukai, dalam rangka perjanjian preferensiil umum. Indonesia tercantum sebagai salah satu negara yang mempunyai keuntungan karena sistim preferensi itu. Pada segi lain, sesungguhnya benar bahwa dalam sektor tertentu, yaitu sektor industri tekstil, krisis sangat gawat yang sedang melanda perindustrian negara-negara anggota MEE menyebabkan MEE telah mengajukan permohonan kepada Indonesia, supaya Indonesia, seperti semua negara lain yang juga merupakan pengekspor barang-barang tekstil, bersedia membatasi peningkatan ekspornya ke pasaran MEE, sejak 1978 sampai 1982. Perjanjian mengenai pembatasan sendiri yang telah diadakan pada akhir 1977, telah berhasil menyesuaikan perkembangan ekspor dari Indonesia dengan daya serap pasaran MEE, dan akan mempermudah negara-negara anggota MEE, dalam usahanya untuk menyesuaikan industrinya dengan perkembangan ekspor barang-barang tekstil dari negaranegara yang sedang berkembang. Saya sebenarnya tidak mengetahui tentang pernyataan Menteri Kerjasama Negeri Belanda yang anda sebutkan. Tetapi saya ingin sekali lagi menekankan bahwa sistim preferensiil umum tersebut sungguh-sungguh merupakan manfaat besar, yang dapat ditingkatkan setiap tahun, untuk negara-negara yang sedang berkembang. Dan juga sambil mengemukakan ibahwa kesempatan yang disediakan melalui sistim tersebut, tidak senantiasa dimanfaatkan sepenuhnya oleh negara-negara yang memperoleh keuntungan karena tarif-tarif preferensi itu. Inilah sebabnya mengapa MEE meningkatkan usahanya agar supaya persyaratan dalam mempergunakan sistim tersebut dapat dipahami sebaik-baiknya. Kedatangan Anda sekarang ini bertepatan dengan saat-saat yang krusial dalam perkembangan politik di kawasan Asia Tenggara negeri-negeri Indochina dengan negeri-negeri Asean. Vietnam kabarnya malah mengusulkan perluasan Asean dengan negara-negara yang terletak di Semenanjung Indochina. Apakah Perancis yang mengenal Indochina dan yang sekarang sedang meningkatkan hubungan dengan Asean memainkan peranan dalam usaha pendekatan ini? Dan di waktu-waktu yang akan datang apakah negeri Anda akan berusaha memainkan peranan dalam usaha meningkatkan hubungan di antara kedua kelompok negara di Asia Tenggara ini? Perancis berpendapat bahwa tanpa mengadakan campur tangan dalam urusan-urusan negara ketiga, kami sudah berperanan sebaik-baiknya dalam pendekatan dengan negara-negara Asia Tenggara yang mempunyai sistim ketatanegaraan yang berbeda. Sebagai negara pertama yang mendukung Deklarasi Kuala Lumpur pada tahun 1971, yang menentukan pemibentukan suatu kawasan damai bebas serta netral di Asia Tenggara, Perancis juga mengemukakan kepada pemerintah masing-masing di Asia Tenggara, apapun pilihan ideologi mereka, sudah tentu akan bermanfaat bagi semua negara di kawasan tersebut, kalau mereka berhasil mengatasi perbedaan, menghapus rasa curiga antara mereka dan mempertaruhkan segala sesuatunya untuk meningkatkan detente dan pendekatan. Menurut pendapat kami, perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut akan dapat terjamin melalui kebijaksanaan semacam itu. Dan tidak melalui terciptanya blok-blok militer yang saling bermusuhan, yang gagasannya padahal telah berhasil dijauhkan oleh negara-negara Asla Tenggara. Hanya dengan memenuhi syarat-syarat tersebut, maka semua negara kawasan itu, dalam suasana saling percaya dan saling menghormati, akan berkesempatan untuk mengadakan hubungan kerjasama, yang sesungguhnya akan memberikan fasilitas untuk tercapainya tujuan: tujuan pokok pembangunan mereka masing-masing. Perancis berniat untuk terus mengemukakan pendapat tersebut pada setiap kesempatan. Perancis menilai bahwa tindakan yang pernah dilakukannya dalam bidang ini, sebenarnya bukan tidak berhasil. Di samping peningkatan hubungan di bidang Pemerintahan dan Ekonomi, kerjasama militer antar Indonesia dan Perancis juga amat meningkat. Bukan hanya karena Jenderal Mery berkunjung ke sini, tapi senjata Perancis semakin banyak dipakai oleh Indonesia Roket Exorcet akan mempersenjatai kapal pemburu yang sedang dipesan oleh Angkatan Laut Indonesia di Korea Selatan, sedangkan helikopter Puma yang mempunyai versi militer sekarang akan dibuat di Indonesia dengan lisensi Perancis. Masih akan adakah kerjasama lain di bidang militer di waktu yang akan datang? Memang, akhir-akhir ini Perancis telah membantu dalam pembuatan dan penjualan beberapa alat yang seperti yang Saudara utarakan. Operasi-operasi lain yang sama, sifatnya tidaklah tertutup dan akan dipelajari dalam rangka kebutuhan Indonesia dan kepentingan industri Perancis. Sejak bertahun-tahun Pemerintah Perancis telah mendidik para ahli tenaga atom dari Indonesia. Apakah dalam masa yang akan datang Pemerintah Perancis akan meningkatkan kerjasama ini hingga membangun Pusat Pembangkit Tenaga Listrik Bertenaga Atom kepada Indonesia? Kerjasama nuklir antara Perancis dan Indonesia telah lama berjalan, persetujuan kerjasama untuk pemakaian energi nuklir untuk tujuan damai telah ditandatangani pada tanggal 3 April 1969. Kerjasama tersebut meliputi melatih ahli-ahli riset dan teknik dan explorasi uranium. Itulah sebabnya pembangunan dari Pusat Penelitian di Serpong oleh Pemerintah Indonesia telah menarik perhatian Perancis berhubung para ahli dan firma Perancis dapat turut serta dalam pembangunan tersebut. Besar harapan kami bahwa pembicaraan yang sedang diadakan oleh COGEMA mengenai exlorasi uranium yang kiranya dapat ditemukan bersama dapat segera berhasil. Perancis memang berpengalaman banyak dalam pembuatan Sentral Nuklir dengan air ringan dalam hal mana Perancis dapat meneruskannya kepada Indonesia bila Pemerintah Indonesia menghendaki hal itu untuk memperkembangkan Energi Nuklirnya. Pemerintah Perancis hingga sekarang selalu memberikan suara abstain dalam forum internasional seperti PBB misalnya, mengenai Timor Timur. Sikap Perancis terhadap masalah Timor Timur belum dapat dipastikan dalam sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) oleh karena kami belum mengetahui bagaimana persoalan itu akan dibahas. Yang dapat saya jelaskan di sini mengenai hal tersebut, ialah bahwa dalam pertimbangan setiap segi dari hal tersebut, kami tidak pernah mengabaikan pendapat Pemerintah Indonesia dan selama kunjungan saya di Indonesia akan saya perhatikan penjelasan yang ingin disampaikan oleh kolega saya. Terima kasih atas perhatian TEMPO.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus