AZAN maghrib Sabtu petang 19 Agustus lalu baru saja terdengar.
Roswati, si janda muda itu, jadi sibuk. Beberapa langganannya
memenuhi warung nasinya. Seperempat jam kemudian, sekitar jam
18.10, empat orang lelaki menghampiri warung nasi "mBak Ros".
Seorang di antaranya masuk, memesan kopi dan nasi putih dengan
pepes udang.
Belum selesai makan, lelaki itu keluar. Tapi kemudian kembali
karena "lupa membayar." Rupanya itulah pertama kalinya ia makan
di sana. Tiba-tiba "dor-dor" -- terdengar dua kali tembakan. Dan
Sudjana, 32 tahun, lelaki itu, terhuyung-huyung di ambang pintu
warung. Sebutir peluru menembus rusuk kiri, langsung keluar
lewat rusuk kanannya.
Tapi di tangannya juga tergenggam selaras pestol. Ia belum
sempat menembak.
Peluru yang sebutir lagi bersarang di dada rekannya, Djasmani,
35 tahun, yang masih berada di luar. Satu dua detik kemudian
terdengar lagi beberapa kali tembakan. Suprijono alias Djoni, 28
tahun, langganan tetap "mBak Ros" yang tinggal di sebelah warung
-- pingsan. Sebutir peluru menembus punggung kanan atas, lewat
pada jarak 1 sentimeter dari jantung, melukai sedikit ginjal dan
bersarang di bawah dadanya.
Bersamaan dengan itu, tampak seorang lelaki lain berkelebat di
belakang warung. Tangan kanannya menggenggam pestol Colt 38.
Tapi di sana sudah menghadang Markin, rekan Sudjana. Markin
menodongnya tapi malang, pestolnya macet. Hingga dialah justru
yang tertembak. Pahanya terluka. Tapi si penembak lolos dan
menghilang lewat tepian sungai Sunter.
Tembak-menembak di ujung maghrib itu tentu saja mengagetkan
penduduk di kampung Kelapa Gading, kecamatan Koja, Jakarta Utara
yang padat. Terutama yang tinggal sekitar warung "mBak Ros" di
RT 04/RW 004 di tepi Sungai Sunter atau Sindang. Belakangan,
Kapendam V/Jaya Letkol Anas Malik mengungkapkan bahwa Sabtu
petang itu empat orang petugas Kodam V/Jaya -- di antaranya
Peltu (kavaleri) Djamani, Koptu Sudjana dan Serma Makin
menggerebeg seorang buronan.
Buronan itu, menurut Anas Malik bernama Farid Ghozali dan
adalah seorang "oknum Komando Jihad", sudah sejak menjelang SU
MPR yang lalu dicari-cari. Ia ternyata lolos dari Medan dan
bersembunyi di Jakarta. Anas Malik juga bercerita, ketika itu
sebenarnya Farid sudah tertangkap. "Tapi ia kemudian minta ijin
masuk ke dalam mengambil jaket. Tahu-tahu ia mengambil pestol,"
katanya Rabu pagi pekan lalu.
Sementara Serma Markin dirawat di RSPAD "Gatot Subroto" dan
Suprijono (karyawan PT "Multi Astra") di RS "Cipto
Mangunkusumo", Peltu Djasmani dan Koptu Sudjana yang gugur
dimakamkan di TMP Kalibata. Djasmani yang tinggal di kompleks
Kodam V/Jaya Tanah Kusir meninggalkan seorang isteri dan empat
anak, sedang Sudjana meninggalkan seorang isteri dan dua anak,
seorang di antaranya masih bayi.
Biarpun Menikah
"Bagaimana pun kedua prajurit itu berjasa. Jadi pantaslah kalau
dimakamkan di Kalibata," kata Anas Malik dengan nada sedih.
Menurut Anas pula Djasmani dan Sudjana cukup berjasa dalam
menumpas DI/TII. Juga berpengalaman sebagai anggota pasukan
"Garuda" di Kongo. "Selama ini kedua-duanya selalu sukses
menunaikan tugas," tambahnya.
Farid, konon berkumpul serumah dengan Roswati tanpa nikah.
"Menurut laporan intel saya, memang begitu," kata Anas Malik.
Tapi menurut Mustakim, ketua RW 004 Kelapa Gading, "Farid sudah
3 bulan menikah dengan Roswati." Cuma anehnya, Mustakim "baru
tahu nama orang itu dari suratkabar." Soalnya ketua RT 04,
Warsidi (yang ternyata juga adalah kakak ipar Roswati) tidak
pernah melaporkan kepadanya.
Itulah sebabnya baik Roswati maupun Warsidi ditahan yang
berwajib. Tapi lima hari kemudian Roswati dibebaskan. Kini
warungnya yang seluas 3 x 3 MÿFD berdinding tripleks beratap
seng, termasuk bangunan baru di kampung itu tak lagi buka.
Hanya sebuah lampu minyak tergantung di depannya, sementara
di belakangnya berserakan jerami basah warna kuning. Kini
kabarnya mbak Ros bekerja di tempat lain.
Tak lama kemudian para petugas dari Koramil dan Babinsa setempat
mencari dua orang lagi yang bernama Amirudin dan Umarudin.
"Dicari di RT 02 dan 03 tidak ada. Tahu-tahu Shodaqoh dan
Thamrin, anak pak Warsidi ketua RT 04, yang ditangkap. Mungkin
Amirudin dan Umarudin itu nama samaran," kata Mustakim, ketua RW
004. Kedua pemuda yang telah berumahtangga itu berusia sekitar
27 dan 28 tahunan.
Warung Roswati berhadapan dengan rumah kakak iparnya yang ketua
RT 04, Warsidi. Lelaki 50 tahunan asal Cirebon dan beranak tiga
orang ini, membangun rumahnya bertingkat dua. Sebelah bawah
dikontrak oleh keluarga lain, tingkat dua merupakan petak rumah
lain dan sebuah musholla tanpa nama. Yang jelas, kampung itu
memang cukup tersembunyi. Terletak di pojok perempatan yang
biasa dikenal dengan nama" by pass Senen. "
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini