Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Yang Bisa Dilakukan Hanya Merusak

Oejeng S. Wargana, berbicara masalah alat permainan. Alat permainan yang disediakan tidak fungsional. Alat permainan otomatis, hanya mendorong anak bersikap konsumtif. (pdk)

3 Maret 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SALAH seorang panelis dalam diskusi tersebut ialah Oejeng Suwargana yang banyak berbicara masalah alat permainan di KB-KB. Dia menayangkan, kenapa alat-alat permainan yang disediakan "tidak fungsional." Maksudnya tinggal penyet dan alat itu yang kemudian bermain -- bukannya si anak. Menurut Dr. Singgih Gunarsa, itu sangat merugikan bagi perkembangan anak. Sebab "anak tidak dididik menghadapi kesulitan dan memecahkannya." Alat-alat permainan otomatis hanya mendorong anak bersikap konsumtif. Apabila keingintahuannya sedikit saja diumbar, misalnya dia ingin tahu kenapa mobil-mobilan itu bisa berjalan, yang bisa dilakukan adalah merusak. Tentu saja, dari mana dia tahu soal permontiran? Bagi Oejeng, alat permainan yang baik bisa disediakan sendiri, pun ongkosnya bisa murah sekali. Contohnya kotak-kotak korek api, atau sisa-sisa potongan kayu di tempat tukang kayu. sisa dibuat permainan macam-macam tergantung inisiatif para pengasuh KB. Adanya pengaruh alat-alat permainan terhadap perkembangan anak tak diragukan lagi. Di Jerman Barat bahkan ada gerakan guru-guru, orangtua dan ahli psikologi melarang mainan anak-anak yang berupa senjata pistol-pistolan, senapan-senapan atau granat-granatan. Mainan jenis itu hanyalah mendorong anak berbuat kekerasan kata mereka. Tahun 1976 Vatikan menyerukan agar penyebaran mainan senjata distop. "Adalah lucu, kalau kita mencegah timbulnya kejahatan sex, sementara itu meningkatkan produksi mainan senjata," kata Radio Vatikan. Di Indonesia memang belum ada penelitian, apakah kekerasan yang meningkat di sini salah satu penyebabnya adalah mainan senjata itu. Juga belum pernah diteliti, sejauh mana perbedaan perkembangan anak-anak di desa yang hanya bermain dengan kulit jeruk atau blulug (buah kelapa yang batal menjadi kelapa), dengan anak-anak kota yang di rumahnya memiliki segudang mobil-mobilan, pesawat-pesawatan terbang yang tinggal penyet lalu berputar-putar, sampai robot-robotan. Cuma, kayaknya memang sangat berguna alat-alat permainan yang bisa "dicopot-dibongkar-dipasang, untuk disusun, dibentuk, sesuai dengan ketrampilan dan fantasi anak-anak," kata pak Kasur. Biar tidak hanya terangsang menerima dan melihat saja, tapi juga berbuat -- yang tidak merusak, tentunya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus