Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra sepakat dengan pernyataan Presiden Joko Widodo atau Jokowi soal sosok calon presiden dalam Musyawarah Rakyat (Musra) Indonesia di Istora Senayan, Jakarta Pusat pada Ahad kemarin, 14 Mei 2023. Menurut Yusril, saat ini diperlukan pemimpin yang cerdas, tegas, dan berani membela kepentingan rakyat, bangsa dan negara di tengah tantangan yang makin besar di masa depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Pemimpin harus benar-benar paham falsafah bernegara kita, konstitusi kita, hukum kita, potensi, tangangan dan peluang yang kita miliki," kata Yusril dalam keterangannya, Senin, 15 Mei 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Yusril, kelemahan utama bangsa Indonesia terletak pada sikap mental yang merasa rendah diri, rendah kesadaran moral, dan rendahnya kepatuhan terhadap hukum. Oleh karena itu, Yusril menyebut pemimpin atau presiden di 2024 harus mengambil langlah tegas mengatasi hal ini.
Pakar hukum tata negara ini menyontohkan seringnya Indonesia kalah dalam menghadapi berbagai gugatan di forum internasional. Penyebab kekalahan tersebut, kata Yusril, karena lemahnya posisi Indonesia dalam berbagai perjanjian internasional yang dibuat sendiri.
"Argumentasi hukum kita kurang canggih dalam menangani sebagai tekanan dan gugatan dalam perjanjian bilateral dan multilateral yang membuat kita sering terpojok dan dikalahkan," kata Yusril.
Dalam perdebatan hukum di forum internasional, menurut Yusril, harus didukung langkah diplomasi yang sistematis dan pembentukan opini. Indonesia menurut dia harus banyak belajar dari kekurangan dan kesalahan di masa lalu dan masa sekarang.
Jika negara kurang memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan hukum, Yusril menyebut akibatnya Indonesia bakal terus mengalami kekalahan dalam berbagai sengketa di forum internasional.
Selain tentang hubungan luar negeri, Yusril menerangkan Indonesia sulit maju dan melangkah menjadi negara maju karena hukum yang berantakan. Yusril menyebut norma hukum di Indonesia dapat dikatakan kacau, penegakannya amburadul, sehingga mengakibatkan korupsi merajalela dan ketidakadilan terjadi di mana-mana.
Dalam satu dekade terakhir ini, Yusril menyetujui pembangunan hukum di Indonesia semakin makin lemah. Hal ini merupakan faktor terhambatnya kemajuan di bidang ekonomi dan pemerataan pembangunan.
Dengan berbagai macam masalah tersebut, politikus PBB ini mengatakan presiden pemimpin bukan sekedar tokoh yang dekat dengan rakyat seperti yang dikatakan Presiden Soekarno sebagai "penyambung lidah rakyat". Tetapi, kata Yusril, presiden harus mampu menunjukkan dan membawa rakyat ke jalan yang benar.
Yusril menyebut calon presiden 2024 harus memiliki ilmu dan pengalaman yang mumpuni untuk menjadi seorang pemimpin. Menurut Yusril, capres terpilih di Pilpres 2024 harus ditempa oleh pengalaman dalam membangun dan memecahkan persoalan-persoalan besar bangsa ini.
"Pemimpin seperti itu tidak akan lahir karena garapan media sosial dan pencitraan serta berbagai survei yang terkadang justru menyesatkan rakyat sendiri," kata Yusril.
Dalam pidatonya di Musra kemarin, Jokowi menebar pesan ke relawannya soal sosok yang harus dipilih di 2024 nanti. Salah satunya, Jokowi menyebut Indonesia butuh pemimpin yang dekat dan paham hati rakyat. Jokowi juga menyebut Indonesia butuh pemimpin yang paham potensi dan kekuatan Indonesia.