Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENYIMAK perkembangan berita akhir-akhir ini, khususnya omongan para pejabat negara, politisi, ataupun penegak hukum, kita sebagai masyarakat awam menjadi bingung. Hampir setiap hari berita-berita yang kita baca simpang-siur dan tidak tahu mana yang benar, apalagi dapat dipercaya.
Untuk menghindari budaya ”silat lidah” yang tumbuh subur ini, perlu segera dicari obat penangkalnya. Salah satu upaya penangkalnya adalah pemakaian ”lie detector”. Siapa pun yang menyampaikan informasi, mengeluarkan pernyataan, ataupun memberikan kesaksian yang kontroversial harus bersedia menjalani tes dengan alat lie detector.
Kegunaan alat ini lebih diutamakan untuk tujuan accountability kepada publik, sehingga siapa pun yang bicara, dia harus jujur dan benar karena kepalsuan dan kepura-puraan dapat terbaca. Hasilnya bukan dipakai untuk alat bukti penyidikan yang berkonsekuensi kepada tindakan penegakan hukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku, melainkan sebagai alat/referensi masyarakat untuk mengontrol secara moral (siapa benar-siapa bohong). Kalaupun nantinya aparat penegak hukum akan mempergunakan hasil tes tersebut, itu urusan lain.
Dengan alat ini, pejabat, politisi, para penegak hukum ataupun pengacara akan berpikir dua kali sebelum bicara di depan publik tentang suatu kebenaran yang mengandung kontroversi.
JUSTIAN S.
Sunter, Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo