Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo, 2 November 1985
Orang Kita di Arab Saudi
RABU siang akhir Oktober 1985 itu, Serda Taufiq, seorang polisi dari Kepolisian Sektor Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sedang berjaga di depan gedung PTIK, Jalan Tirtayasa Raya. Mendadak ia mendengar suara gaduh dari sebuah rumah bertingkat yang terletak persis di depan PTIK. Taufiq mendekat. Dari balik pagar bambu setinggi dua meter, Taufiq melihat beberapa wanita melambaikan tangan dari sebuah jendela di lantai dua. Tiba-tiba sebuah botol plastik dilempar. Isinya sebuah surat yang ditulis di sehelai kertas yang disobek dari buku tulis. Bunyinya: ”Tolong, Pak. Kita semua ada yang 4 bulan, 3 bulan belum diberangkatkan. Tetapi yang baru banyak yang berangkat, dan orang-orangnya dipilih-pilih. Yang jelek, lama belum berangkat. Saya sedih sekali. Lama-lama di sini tak betah, seperti burung dalam kurungan.” Pada akhir surat terbaca: ”Dari semua orang penampungan yang menderita.”
Polsek Kebayoran Baru gesit menanggapi surat itu. Kapolsek Mayor Hari Soeprapto segera memerintahkan penyelidikan. Hasilnya: rumah di Jalan Tirtayasa 48 itu rupanya dijadikan tempat penampungan tenaga kerja PT Bandar Benua Corporation yang akan dikirim ke Arab Saudi. Penggerebekan pun dilakukan. Dua penjaga malam di situ, Matahir dan Mustadji, pencari kerja ke Arab Saudi yang menyambi menjadi penjaga, sempat melarang polisi masuk. Tapi, dengan melompat pagar, para petugas menerobos. Di rumah itu polisi menemukan 75 pencari kerja, 65 di antaranya wanita. Mereka bersorak-sorai tatkala polisi menyerbu masuk loteng.
Kisah pilu TKI bagai tak ada habisnya. Dua puluh enam tahun setelah Tempo memuat Laporan Utama mengenai kehidupan para buruh migran itu, kondisi di lapangan tak banyak berubah. Pungli merajalela, korupsi ada di mana-mana. Pengiriman buruh migran selalu jadi ladang subur praktek pemerasan.
ARSIP |   |
5 September 1988
Presiden Soeharto membubarkan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) dan menggantinya dengan Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional (Bakorstanas). Kedua lembaga militer ini kepanjangan tangan Soeharto untuk memberangus kebebasan masyarakat sipil.
6 September 1962
Merpati Nusantara Airlines berdiri sebagai badan usaha milik negara yang bertugas menghubungkan daerah-daerah terpencil dengan angkutan udara.
7 September 1965
Pemerintah mendirikan Dewan Survei dan Pemetaan Nasional untuk membuat pemetaan dan inventarisasi sumber daya alam. Awalnya, hanya segelintir lembaga yang bisa mengakses peta buatan lembaga ini.
8 September 1964
Badan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNESCO, menetapkan Hari Literasi Internasional untuk mengingatkan warga dunia tentang pentingnya budaya menulis dan membaca.
9 September 1948
Pekan Olahraga Nasional diselenggarakan pertama kali di Solo, Jawa Tengah. Pada awalnya, kegiatan ini bertujuan menunjukkan eksistensi politik Republik Indonesia di mata dunia.
10 September 1945
Para pelaut pribumi dari Koninklijke (Belanda) dan Kaigun (Jepang) membentuk Badan Keamanan Rakyat Laut, yang menjadi cikal bakal TNI Angkatan Laut.
11 September 1954
Radio Republik Indonesia (RRI) pertama kali mengudara setelah para pekerja radio merebutnya dari kantor radio Jepang, Hosokyoku. Hari ini ditetapkan sebagai Hari RRI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo