Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kesibukan sebagai anggota DPR tak menghalangi Andi Yuliani Paris terus menuntut ilmu. Pada Sabtu dua pekan lalu jerih payahnya membuahkan hasil. Politikus perempuan dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu meraih gelar doktor di bidang ilmu sosial dari Jurusan Administrasi Pemerintahan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Disertasinya berjudul Etika Aparatur Pemerintah dalam Pelayanan Publik mengambil contoh kasus Badan Pertanahan Nasional (BPN) DKI Jakarta. Ia memotret inkonsistensi penerapan etika pelayanan aparatur di bidang pertanahan, khususnya di DKI Jakarta. ”Kasus Meruya Selatan tak perlu terjadi kalau aparat BPN bekerja profesional,” ujarnya.
Lahir di Makassar, 6 Juli 1961, Yuliani menyelesaikan program sarjana di Institut Pertanian Bogor. Ia kemudian melanjutkan S-2 di Universitas Dortmund, Jerman, dan Jurusan Perencanaan Wilayah dan Manajemen Pembangunan AIT Thailand. Ia kini menjadi wakil ketua panitia khusus revisi UU Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden.
Ahmad Yani Basuki, 51 tahun
Bertambah lagi tentara yang juga berpredikat sebagai intelektual. Pada akhir Juni lalu Kepala Dinas Penerangan Umum Markas Besar TNI Kolonel (CAJ) Ahmad Yani Basuki meraih gelar doktor sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, dengan predikat sangat memuaskan. Sebelumnya Mayor Jenderal TNI (Purn.) Syamsul Ma`arif, Kepala Bakornas Bencana, juga meraih gelar doktor di tempat yang sama.
Yani mempertahankan disertasi berjudul Reformasi TNI: Pola, Profesionalitas, dan Refungsionalisasi Militer dalam Masyarakat di depan sejumlah pakar dari UI dan luar UI. Reformasi internal TNI selama sembilan tahun terakhir, menurut Yani, telah memberikan perubahan nyata dalam tatanan institusional, baik dari sisi struktur, kultur, maupun doktrin. ”Tak kurang dari 31 item perubahan telah dilakukan TNI,” katanya.
”Kalaupun harus disumpah pocong, saya berani. Tidak pernah ada intervensi itu.” --Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta di Jakarta, Selasa pekan lalu. Ia membantah telah melakukan campur tangan dalam urusan riset dan pendataan BPS terbaru tentang penurunan jumlah penduduk miskin.
”Itu sebuah kebobolan, saya sudah mengaku salah kepada Presiden.” --Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Djoko Santoso di Bandung, Selasa pekan lalu. Ia mengaku bertanggung jawab atas lolosnya penari liar dengan bendera RMS di Ambon.
TEMPO DOELOE
9 Juli 1816 Argentina meraih kemerdekaannya dari Spanyol. Negara Eropa itu menduduki Argentina sejak abad ke-16.
10 Juli 874 Sejumlah nelayan Norwegia berhasil menemukan Pulau Eslandia yang terletak di dekat kutub utara. Selanjutnya, pulau ini secara bergantian dijajah oleh Norwegia, Denmark, Inggris, dan Amerika Serikat.
11 Juli 1921 Mongolia, sebuah negara di Asia Tengah, memproklamasikan kemerdekaannya. Mongolia merupakan negara dengan sejarah yang kuno dan sempat menjadi negara adikuasa pada abad ke-13.
12 Juli 1980 Rencana kudeta di Iran terbongkar. Kudeta ini direncanakan oleh pihak-pihak dalam negeri yang terkait dengan mantan rezim Syah, yang bekerja sama dengan Amerika Serikat, rezim Zionis, dan rezim Baath Irak.
13 Juli 1960 Senator John F. Kennedy terpilih sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat. Empat bulan kemudian, dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat, dia berhasil meraih suara terbanyak.
14 Juli 1789 Warga Paris menyerbu penjara Bastille yang menjadi simbol tirani kerajaan Dinasti Bourbon. Aksi dramatis ini menandai dimulainya Revolusi Prancis.
15 Juli 1916 Perusahaan pembuat pesawat, Boeing, didirikan dengan nama Pacific Aero Products di Seattle, Amerika Serikat, oleh William Edward Boeing bersama rekannya, George Conrad Westervelt.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo