Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angka

Aparat Bertindak Tepat di Poso

5 Februari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Anda, apakah penanganan aparat terhadap kelompok bersenjata di Poso sudah tepat?
(24-31 Januari 2007)
Ya
82,51%1.156
Tidak
15,78%221
Tidak tahu
1,71%24
Total100%1.401

Polisi dan warga Poso kembali baku tembak. Pada Senin, 22 Januari lalu, misalnya, bentrokan bersenjata antara polisi dan warga Gebang Rejo, Kecamatan Poso Kota, menyebabkan jatuhnya korban yang cukup banyak: 14 orang meninggal, seorang di antaranya polisi.

Konflik terjadi karena warga tak mau menyerahkan buron kerusuhan Poso yang tengah dicari polisi. Sebaliknya, polisi terus mengejar para buron dan menegaskan tak mau berkompromi dengan pelaku teror di wilayah konflik tersebut.

Menyusul insiden tersebut, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengadakan pertemuan dengan sejumlah menteri, pejabat TNI dan polisi, serta tokoh organisasi massa dan partai Islam. Dia mengatakan pemerintah ingin menyelesaikan konflik Poso secara persuasif dan meminta semua yang hadir membantu mendinginkan Poso.

Kalla juga menjelaskan, sebenarnya pemerintah hanya ingin menindak kelompok kriminal tapi masyarakat malah melawan, bahkan dengan senjata. Aparat akhirnya tidak punya pilihan lain. Tindakan represif itu, ”dimungkinkan secara hukum,” ujarnya.

Nyatanya, tidak semua orang sepakat dengan reaksi polisi. Dari Solo, Jawa Tengah, Tim Pembela Muslim (TPM) mendesak dilakukan legal audit terhadap polisi atas insiden berdarah yang terjadi di Gebang Rejo. Jika tidak, mereka akan menggugat pemerintah.

Polisi tak surut langkah. Malah, tujuan operasi di Poso kini bertambah. ”Kami juga akan menangkap warga yang menyimpan senjata api,” ujar Wakil Kepala Kepolisian Indonesia, Komisaris Jenderal Makbul Padmanagara.

Hanya sedikit responden Tempo Interaktif yang sependapat dengan Tim Pembela Muslim. Salah satunya Edy Amyani di Cirebon, Jawa Barat. Dia khawatir, kalau polisi terus-terusan represif, masyarakat Poso akan makin terluka dan kian jauh terbenam dalam trauma. ”Sebaiknya kasus Poso ditangani lagi dengan pendekatan kepada tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat seperti yang dulu pernah dilakukan,” ujarnya.

Indikator Pekan Ini: Wabah demam berdarah dengue makin banyak memakan korban. Sepanjang Januari ini saja, hingga Rabu pekan lalu, di 16 provinsi sudah lebih dari 6.000 orang menderita sakit akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti ini. Korban meninggal sudah mencapai 117 orang, jauh lebih banyak ketimbang korban flu burung.

Kasus terbanyak ada di Jawa Barat dengan 2.086 penderita, 42 di antaranya meninggal. Di Jawa Tengah, hingga pekan lalu, jumlah pasien tak sebanyak di Jawa Barat, cuma 727 orang. Tapi yang meninggal mencapai 26 orang. Di DKI Jakarta, jumlah pasien 2.022, delapan di antaranya meninggal.

Meski serangan virus dengue kian mengganas, baik pemerintah pusat maupun daerah belum menetapkan peristiwa ini sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Setujukah Anda bahwa demam berdarah kembali mewabah karena kita lalai membersihkan lingkungan dari sarang nyamuk? Kami tunggu jawaban dan komentar Anda di www.tempointeraktif.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus