Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo, 4 Juli 1999
Sang Despot dan 'Curriculum Vitae' Baru Habibie
INILAH ironi yang terjadi dalam sebuah bangsa bernama Indonesia. Seorang despot, kepala negara yang memerintah 30 tahun dengan buruk, sudah jatuh. Massa turun ke jalan menuntut pengadilan atas segala kesalahannya. Harta kekayaannya dibongkar di pelbagai media asing. Dan sang "putra mahkota" bergeming: pengadilan terhadap sang despot tak pernah dilakukan. Tidak juga pemberian status hukum yang bisa mendorongnya ke pengadilan.
Soeharto, despot yang murah senyum itu, mungkin sedang mujur. Habibie, penerusnya, terlalu lama hidup sebagai binaannya: ia adalah anak kandung politik Soeharto. Akibatnya, banyak ewuh-pakewuh yang harus dipertimbangkan calon presiden asal Golkar itu untuk mengusik ketenangan sang mahaguru.
Tapi Habibie tidak ingin memberikan kesan bahwa ia tidak berpeluh mengurus kasus yang satu ini. Kabar paling baru adalah pemerintah Habibie akan menyewa detektif swasta untuk mengecek di mana saja orang yang disebut majalah Time memiliki duit Rp 120 triliun itu menyimpan pundi-pundi uangnya.
Tapi bahwa pemerintah sudah serius merekrut penyelidik asing itu tampaknya tak perlu diragukan lagi. “Kita memang membutuhkan jasa profesional seperti mereka,” kata Menteri Sekretaris Negara Muladi. Efektifkah upaya itu? Banyak pihak meragukannya. Terbukti, hingga saat ini kasus Soeharto masih mangkrak di kejaksaan. Bahkan, kabar terbaru, berkas dan dokumen asli kasus itu lenyap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo