Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO, 17 Februari 2002
KABUT tebal membungkus kawasan Puncak di Bogor, Jawa Barat. Sesekali udara basah itu mengental dan menjadi gerimis, lalu berlanjut dengan hujan deras. Hujan lebat yang terjadi setiap hari pekan lalu itu memaksa Nandang Hidayat, 62 tahun, menjenguk kebun wortel dan tomatnya.
Delapan tahun lalu, kebunnya yang terletak 300 meter dari bibir Sungai Ciliwung itu terendam air. Setiap musim hujan, debit air Ciliwung, sebagai muara puluhan sungai di kawasan Puncak, sering naik dalam 10 tahun terakhir. Puncak berikut Bogor dan Cianjur dianggap gagal menjalankan fungsinya sebagai daerah resapan air.
Sejak 35 tahun lalu, wilayah ini sudah banyak berubah. Besutan hijau daun berganti menjadi warna merah genting vila dan real estate. Sayangnya, pembangunan vila nyaris tak dapat direm.
Pemerintah daerah memang tak tinggal diam. Sejak 20 tahun lalu, mereka menjalankan operasi Wibawa Praja. Mereka membongkar bangunan vila yang melenceng dari izin atau yang tak bersurat. Presiden sudah tiga kali mengeluarkan surat keputusan presiden yang mengatur kawasan Bogor-Puncak-Cianjur ini. Keppres pertama keluar 19 tahun lalu.
"Sampai kini, pelaksanaannya tidak ada yang jalan," kata Ir. Sjarifudin Akil, Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Hingga kini, air dari Puncak terus menggelontor Jakarta. Puncak makin rimbun dengan vila.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo