Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI tengah ingar-bingar penangkapan Tommy Soeharto, penyakit itu merayap tanpa banyak digubris orang. Perlahan tapi pasti ia meluas dan memakan banyak korban: setiap hari ada saja orang yang terkena wabah. Narkotik, penyakit akut itu, berkembang biak seperti tanpa bisa dikontrol, apalagi dicegah. Data terbaru dari Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) menunjukkan angka sekitar 4 juta pengguna narkotik dan obat berbahaya di Indonesia-sekitar 1 di antara 55 penduduk. Yang lebih mencemaskan adalah fakta yang disimpulkan oleh Badan Koordinasi Narkotika Nasional: tren kejahatan narkotik dan obat berbahaya di negeri ini rata-rata naik 100 persen.
Tak mengherankan jika Presiden Megawati jelas-jelas menyatakan kejengkelannya tatkala membuka lokakarya narkotik nasional di Istana Negara pada Oktober lalu. Ia mengusulkan agar para pengedar narkotik dikenai hukuman mati. Narkotik memang persoalan yang sudah sulit dibendung oleh siapa pun. Separuh responden jajak pendapat TEMPO mengaku memiliki tetangga yang kecanduan narkotik. Seperempatnya mengaku punya teman yang kena penyakit yang sama. Sedikit yang mengaku punya keluarga yang kecanduan-mungkin itu fakta, tapi bisa juga ada kesungkanan untuk mengaku.
Yang punya kerabat terjerat narkotik mengaku punya perhatian untuk menolong. Tapi yang bisa dilakukan hanyalah memberikan nasihat. Tak ada gerak lain untuk mencegah penyakit ini terus mewabah. Sedikit orang yang berani melapor kepada polisi. Aparat penegak hukum pun, kerap terbukti, bukan institusi yang bisa dipercaya untuk mengatasi masalah ini. Padahal publik tampaknya kian geram dengan urusan barang haram ini.
Mereka umumnya setuju jika pemberantasan narkotik dijadikan program nasional, bahkan dengan cara-cara yang militeristik. Bersabar dan berlembut hati tampaknya hanya akan membuat pengedar narkotik menjadi-jadi. Publik setuju jika pemberantasan narkotik menjadi program prioritas, termasuk jika harus mengambil dana dari pos belanja negara yang lain seperti dana pengentasan kemiskinan atau belanja militer.
Berhasilkah jika resep itu dijalankan? Tak ada yang bisa menjamin, seperti halnya tak ada jaminan seberapa seriusnya pemerintah menangani persoalan narkotik. Problem di negeri ini terus bertumpuk. Narkotik hanya satu baju kotor dalam sebuah rumah besar yang centang-perenang.
Sementara kasus Tommy diusut, sementara parlemen bertengkar tentang perlu-tidaknya panitia khusus untuk menangani skandal Bulog II, narkotik terus merayap dan membunuh banyak orang. Satu demi satu.
Arif Zulkifli
Apakah kalangan dekat berikut ini ada yang menjadi korban narkoba? | ||
Tidak ada | ||
Keluarga inti | 95,15% | |
---|---|---|
Tetangga | 50,58% | |
Teman sekolah/teman bekerja | 74,03% | |
Teman dekat lain di luar sekolah/tempat pekerjaan | 75,39% | |
Ada | ||
Keluarga inti | 4,85% | |
Tetangga | 49,42% | |
Teman sekolah/teman bekerja | 25,97% | |
Teman dekat lain di luar sekolah/tempat pekerjaan | 24,61% | |
Bagi yang menjawab ya untuk salah satu pilihan di atas, apakah Anda merasa berkepentingan untuk mencegah/membantunya? | ||
Ya | 88,57% | |
Tidak | 11,33% | |
Jika ya, apa yang telah/akan Anda lakukan untuk mencegahnya?* | ||
Menasihati | 96,35% | |
Memotong sumber pasokan narkoba yang bersangkutan | 15,69% | |
Melaporkan kepada polisi | 15,33% | |
*Responden dapat memilih lebih dari satu jawaban | ||
Dari dua model berikut ini, menurut Anda, model penyelesaikan masalah narkotik mana yang sebaiknya dipilih pemerintah? | ||
Menerapkan pendekatan militeristik dengan menindak tegas pelaku dan pengedar narkoba | 50,39% | |
Menerapkan pendekatan kemanusiaan secara bertahap dan perlahan | 49,61% | |
Setujukah Anda masalah narkoba diselesaikan secara nasional termasuk jika harus mengambil dana pembangunan dari bidang lain (pengentasan kemiskinan, dana keamanan, dan lain-lain) | ||
Setuju | 56,78% | |
Tidak setuju | 43,22% | |
Setujukah Anda terhadap usul Presiden Megawati agar para pengguna dan pengedar narkoba dihukum mati? | ||
Setuju | ||
Pengguna | 33,72% | |
Pengedar | 88,57% | |
Tidak setuju | ||
Pengguna | 66,28% | |
Pengedar | 11,43% | |
Metodologi jajak pendapat :
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo