Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Berita Tempo Plus

Dari irma sampai roosye

Kesan beberapa bekas ratu indonesia tentang pemilihan miss-miss-an. ada yang mengatakan punya keasyikan tersendiri, tak ada manfaatnya dan belum bisa diterima bangsa indonesia.(ils)

14 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Dari irma sampai roosye
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IRMA Hardisurya kedinginan. Suhu di kantor majalah wanita Femina yang baru di Jalan Rasuna Said, tempat ia bekerja kini sebagai anggota staf redaksi, memang cukup dingin oleh AC. Itu sebabnya ia mengenakan pullover putih, melapisi blus kuning berstrip cokelat yang diberi pinggiran biru yang sewarna dengan roknya. Bekas Ratu Jawa Barat yang kemudian jadi Miss Indonesia 1969 ini masih tampak ayu. Dan tergolong pintar. Di kantornya ia tampak lagi sibuk, mungkin menyelesaikan laporan perjalanannya minggu lalu ke Bali. Apa kegiatannya kini? "Pagi-pagi ke kantor, kerja, selesai terus pulang," jawabnya pendek. Ia lagi tak banyak omong. Tumben. Ketika Femina terbit, Irma sudah jadi pembantu khusus. Kemudian memegang bagian F & G Collection (pakaian jadi koleksi Femina dan Gadis) pada 1977-1981. Dan tahun ini jadi editor mode. Di mejanya tersusun rapi beberapa majalah mode terkenal. Sarjana Senirupa ITB 1974 ini pada 1970 menyandang mahkota Miss Friendship Asia. Dan sampai sekarang ia masih sendiri. Lydia Arlini Wahab, boleh dikata tetap menyandang selempang gadis tercantik se-Indonesia yang diraihnya 1973. Sebab tahun berikutnya gelar yang diperebutkan setiap tahun itu ditiadakan. Ia lantas dikirim ke pemilihan Queen Pasific Quest di Australia. "Dan saya terpilih sebagai Miss Crowning Glory," katanya. Setahun kemudian ia mengikuti kontes Miss Universe di El Salvador. Ketika itulah untuk pertama kalinya Indonesia diwakili. "Saingannya 77 orang. Dan di sana saya tidak mendapat apa-apa," kata ibu dua anak ini sambil tertawa. Berdarah Palembang-Lampung, Lydia berkulit putih bersih. Rambutnya pendek, matanya besar berbinar-binar. Menurut Lydia. mengikuti kontes ratu merupakan kesenangan tersendiri. Mulai dari kegiatan memperkenalkan tanah air di forum internasional sampai menjawab pertanyaan para juri. "Itu keasyikan tersendiri," katanya. "Yang pasti koleksi teman saya bertambah banyak," tambahnya, sambil tertawa lagi. Hanya itu. Apa kegiatan Nana Riwayatie sekarang? Gadis berdarah Bugis ini kini memimpin grup tari tradisional Tenriavaru Cultural Dance, yang keempat anggotanya masih sedarah Nana, kini 22 tahun, pernah meraih gelar Ratu Pariwisata pada 1977 dan tiga tahun kemudian dikirim ke Seoul mengikuti kontes Miss Universe. Untuk apa Nana sulit menjelas kannya. Di forum itu ia tak memperoleh angka. Gadis semampai yang masih kuliah d sebuah akademi ini sempat bermain dalam film Tiga Dara Mencari Cinta dan Tom Boi. Meski ia mengaku main film sebagai iseng, dalam waktu dekat ia juga akan meneken kontrak main film Woy la. Sebagai bintang iklan ia juga laris. Ia berpose untuk maskapai penerbangan MNA, tabanas, dan kalender 1982 Bir Bintang. Seorang bekas Putri Indonesia 1976 mengaku sedang mencari pekerjaan. Ia Yuliarti Rahayuningsih, 28 tahun. Sarjana farmasi ITB ini baru dilantik jadi apoteker bulan April lalu. Ia penah mengikuti lomba Miss Universe 1976 di Hongkong, dan pulang dengan tangan hampa. Prestasi di bangku kuliah itu aaknya dieroleh dengan penuh ketekunan. sampai-sampai ia menolak tawaran Andi Nurhayati untuk mengikuti pemilihan Miss Asia di Filipina. "Apalagi ketika itu legalitasnya diragukan," kata Yuli di rumahnya di kawasan Kebayoran Baru minggu lalu. Ia mengenakan blus putih dan rok merah kotak-kotak. Tampak segar sehabis mandi sore. Menurut Yuli, kegiatan Miss Universe itu positif. "Hanya mungkin bangsa kita belum bisa menerimanya," ujarnya. Menanggapi reaksi mereka yang tidak setuju, ia menjawab: "Saya kan pernah ikut, dan ternyata enggak ada apa-apanya. Kalau kelak anak saya misalnya mau ikut, silakan." Yuli masih sendiri, tapi katanya sudah punya calon. Sebaliknya dengan Roosye Soerachman, 21 tahun. Ia tertawa gembira mendengar keberangkatannya ke New York mengikuti lomba Miss Universe dibatalkan Juli tahun lalu. Permintaan visanya ke AS ditolak, entah apa sebabnya. "Sejak semula saya sudah tidak srek. Dalam salah satu acaranya harus mengenakan pakaian bikini," kata mahasiswi psikologi UI tingkat IV yang tahun lalu terpilih sebagai Gadis Teladan itu. Sebenarnya ia tidak menyukai pemilihan miss-miss-an. "Ketika saya mengikuti pemilihan Gadis Teladan, ada teman bilang itu pemilihan miss inteligensi, bukan pemilihan ratu kecantikan. Saya sama sekali tidak mengira akan dikirim ke pemilihan Miss Universe," katanya. Roosye sama sekali tidak melihat kegunaan pemilihan ratu kecantikan tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus