Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Berita Tempo Plus

Cucu istimewa

Telah lahir bayi tabung pertama dari Indonesia, yuki fithriyah, 22 juli '82 di melbourne. anak pertama dari pasangan sri kadarsih dan farid, merupakan cucu syafruddin prawiranegara. (ksh)

14 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Cucu istimewa
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YUKI Fithriyah (salju idulfitri), bayi tabung pertama dari Indonesia lahir persis pada hari Lebaran (22 Juli) di Melbourne. Gadis cilik itu merupakan manusia ke-34 di dunia yang lahir dengan proses pembuahan dalam tabung. Bagi Australia dia merupakan bayi tabung ke-21. Negara benua itu memang merupakan tempat kelahiran bayi tabung paling subur. Awal Juni 1981 di sana malahan lahir bayi tabung kembar yang pertama. Kedua orang tua Yuki menikah tahun 1977. Tetapi perkawinan itu tidak serta-merta mendatangkan keturunan. Mereka berdua sebenarnya belum begitu haus anak, sehingga berniat mengambil anak angkat. Namun akhirnya Farid Prawiranegara dan Sri Kadarsih memutuskan untuk menemui ahli kebidanan dan kandungan, Profesor Carl Wood, dari Queen Victoria Hospital, Monash Uniersity di Melbourne. Dari dokter itu mereka mendapat keterangan bahwa benih mereka berdua sehat-sehat belaka. Artinya baik telur maupun sperma antara kedua belah pihak tidak saling menolak atau salah satu lebih lemah sehingga pembuahan tidak mungkin terjadi. "Hanya soal waktu saja," kata Wood. Dalam sebuah percakapan dengan Pembantu TEMPO di Australia, Zuly Rodgershudori pasangan suami-istri dari Indonesia itu tidak menyebutkan saluran indung telur Sri Kadarsih tidak normal. Mampet misalnya. Satu keadaan yang tidak memberi kemungkinan terjadinya pembuahan. Tetapi Wood menawarkan proses pembuahan dalam tabung untuk memenuhi hasrat suami-istri itu memperoleh anak. Tawaran itu kontan diterima Farid. "Biar bagaimanapun itu janin saya. Tidak ada salahnya kalau dia dimasukkan kembali," begitu jawabnya ketika Wood bertanya tentang sikapnya mengenai rencana pembuahan dalam tabung yang kemudian dimasukkan ke rahim itu. Sebelum telur Sri Kadarsih dan Farid dikawinkan dalam tabung, Farid yang bekerja sebagai akuntan pada sebuah perusahaan di Australia itu lebih dulu memohon persetujuan orang tuanya di Jakarta. "Kalau memang harus dengan jalan demikian apa boleh buat," begitu ayah Farid, Sjafruddin Prawiranegara menjawab. Bekas tokoh Masyumi dan bekas Menteri Keuangan RI yang berusia 72 tahun itu berkesimpulan, selama telur dan sperma berasal dari suami-istri, pembuahan dalam tabung bisa diterima. Farid mengalami ketegangan yang tak biasanya dialami seorang ayah pada saat jabang bayi masih belum tercipta. Setelah spermanya diambil, dia harus menunggu selama 24 jam setelah benihnya itu dipertemukan dengan telur Sri Kadarsih. "Menunggu apakah pembuahan berhasil atau tidak, merupakan saat-saat yang amat mencemaskan," ucap Farid yang pernah belajar ekonomi di Universitas Indonesia itu. Proses pembuahan dalam tabung itu berlangsung awal Oktober yang lalu. Pada tanggal 2 Oktober suami-istri asal Indonesia itu menerima telepon dari dokter yang memberitahukan bahwa pembuahan berhasil. Dini hari pada keesokan harinya datang lagi kabar tentang telah terjadinya pembelahan pada telur yang sudah dibuahi itu. Tujuh jam kemudian "janin" tadi langsung di tempatkan pada dunianya yang sebenarnya di kandungan Sri Kadarsih. Sebelum sukses yang melahirkan Yuki Fithriyah dengan berat 3,31 kg, panjang 49 cm dengan pipi tembem merah, dua kali perut Sri Kadarsih ditoreh untuk mengeluarkan telur dari dalam indung telurnya. Tetapi dokter tak berhasil menemukan telur. Baru pada usaha ketiga kalinya, dengan pemeriksaan darah dan air seni yang teliti, telur yang dicari-cari itu berhasil diambil. Karena keluarga Farid menjadi anggota asuransi setempat, seluruh biaya tak sedollar pun yang dia tanggung. Tanpa jaminan asuransi biayanya bisa mencapai ribuan dollar Australia. Sebab untuk operasi memindahkan "janin" dari tabung ke rahim saja sudah $ 2.000.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus