Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Diganggu Standard Chartered Bank

27 Juni 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada awalnya, saya kira cuma sebuah pesan nyasar ke voice mail pada handphone saya. Isinya: pesan dari Standard Chartered Bank (SCB) buat Dwi Rosilawati (mudah-mudahan ejaannya benar) agar membayar utang kartu kreditnya. Ternyata itu bukan pesan nyasar. Sebab, beberapa hari kemudian datang lagi pesan demi pesan dari SCB yang isinya sama pula. Menganggap hal ini serius dan merasa terganggu, saya menelepon bagian kartu kredit Standard Chartered Bank di Jalan Sudirman, Jakarta, untuk melaporkan bahwa saya tidak kenal dengan Dwi Rosilawati dan nomor HP itu adalah atas nama kantor saya. Menurut Telkomsel, nomor HP itu benar atas nama kantor saya dan tidak pernah diberikan sebelumnya kepada orang lain. Setelah itu, sang petugas di bagian kartu kredit SCB pun berjanji akan menghapus nomor itu dari monitornya. Saya kira persoalan sudah selesai. Ternyata, selang beberapa hari kemudian, datang lagi pesan-pesan itu. Isinya tetap mengenai tagihan, cuma sekarang kata-katanya agak kasar, malah pernah dengan kata-kata kotor. Pesan-pesan ini datang terus-menerus, bulan demi bulan, seminggu bisa dua-tiga kali. Saya menelepon lagi SCB. Kepada Bapak Wijaya dan Donny dari bagian kartu kredit, saya katakan bahwa pesan itu salah alamat. Ia berjanji akan meralat dan memberi tahu rekan-rekannya akan kesalahan ini. Saya merasa agak lega. Tapi itu tak lama karena kemudian datang lagi pesan-pesan tersebut. Saya menghubungi lagi Bapak Wijaya untuk bertemu di kantor saya di Jalan Proklamasi 72, Jakarta Pusat, agar persoalan ini bisa diselesaikan. Tapi ia tidak bersedia, malah mempersilakan saya menulis di surat pembaca ini. Beberapa hari lalu saya masih menerima pesan dari SCB dan sampai saat ini empat bulan sudah secara terus-menerus saya diganggu oleh pesan-pesan itu. Saya heran, SCB bisa sebodoh itu memberikan kartu kredit hanya dengan nomor HP tanpa mengecek kebenarannya. Akhirnya, saya berharap SCB akan menyelesaikan kasus ini karena sudah sangat mengganggu privasi seseorang. Edi Rustiadi M. Jalan Bintaro Tengah Y3/9 Bintaro Jaya II, Jakarta 12330

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus