Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apakah Anda yakin Djarot Saiful Hidayat ideal mendampingi Ahok sebagai wakil gubernur?
(25 November-4 Desember 2014) |
||
Ya | ||
73,1% | 498 | |
Tidak | ||
13,8% | 94 | |
Tidak Tahu | ||
13,1% | 89 | |
Total | (100%) | 681 |
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah memilih Djarot Saiful Hidayat sebagai calon wakil gubernur. Basuki memilih Djarot karena berpengalaman sebagai Wali Kota Blitar selama dua periode. Sejak Januari lalu, Ahok juga terpesona oleh gaya Djarot yang mirip dengan gaya bosnya dulu, Joko Widodo, yang doyan blusukan, keras terhadap birokrasi, dan mampu menata pedagang kaki lima. Keinginan itu kemudian disampaikan Basuki kepada Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, yang menaungi Djarot. Sementara itu, di luar sana, sayup-sayup terdengar dorongan agar Ketua DPD PDIP Jakarta Boy Bernardi Sadikin yang menjadi calon wakil gubernur. Mega menimbang-nimbang siapa yang layak menjadi pendamping Basuki. Dia akhirnya meluluskan keinginan Basuki dan meminta Boy, putra mantan Gubernur DKI Ali Sadikin, tetap menjadi Ketua PDIP Jakarta. "Jakarta ini barometer. Pertaruhannya besar dan partai tak ingin main-main," ujar Djarot di kantor Tempo, awal bulan ini. Djarot, yang pernah melambungkan pundi-pundi Kota Blitar hingga 15 kali lipat, mengibaratkan problem di Jakarta dan Blitar seperti langit dan bumi. "Semua masalah yang dihadapi setiap kota di negeri ini ada di Ibu Kota," ucapnya. Ketika resmi menjadi wakil gubernur nanti, Djarot bakal menggenjot pengerjaan proyek mass rapid transit untuk menyambut Asian Games 2018. Sementara Basuki tampil dengan gaya kepemimpinan yang meledak-ledak dalam menghadapi pejabat DKI, Djarot mengaku punya jurus yang berbeda 180 derajat. Sebagai ujung tombak roda pemerintahan, dia menilai para birokrat tak bisa digerakkan dengan cara dihardik atau ditakut-takuti akan dicopot. "Mereka harus diberi sentuhan terus-menerus," kata Djarot. Ketegangan antara Basuki dan sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta dari koalisi pendukung Prabowo Subianto mungkin teratasi dengan kehadiran Djarot. Jauh sebelum dicalonkan sebagai Wakil Gubernur DKI, dia mengaku sudah menjalin komunikasi dengan sejumlah anggota Dewan Jakarta dari Gerindra dan Nasional Demokrat. Lagi pula, menurut Djarot, solusi hubungan yang kurang harmonis antara eksekutif dan legislatif adalah komunikasi. Perbedaan gaya Basuki dan Djarot ini dianggap sebagian masyarakat sebagai duet yang pas untuk memimpin Ibu Kota. Menurut jajak pendapat di Tempo.co, sebanyak 498 dari 681 responden (73,1 persen) yakin Djarot adalah sosok yang ideal mendampingi Basuki sebagai wakil gubernur. Sedangkan 94 orang (13,8 persen) tak setuju bahwa pasangan ini bakal "mesra" dan 89 responden (13,1 persen) memilih tidak bersikap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
Edisi 12 Desember 2014 surat-dari-redaksi kartun event etalase surat-pembaca angka kutipan-dan-album Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini Asas jurnalisme kami bukan jurnalisme yang memihak satu golongan. Kami percaya kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya tugas pers bukan menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian. Jurnalisme kami bukan jurnalisme untuk memaki atau mencibirkan bibir, juga tidak dimaksudkan untuk menjilat atau menghamba ~ 6 Maret 1971 Jaringan Media © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum |