Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo.co
Apakah Anda setuju pilkada diundur jika calonnya hanya satu pasang?
|
||
Ya | ||
43% | 437 | |
Tidak | ||
53,8% | 547 | |
Tidak Tahu | ||
3,2% | 32 | |
Total | (100%) | 1.016 |
Sebanyak 308 kabupaten/kota akan menggelar pemilihan kepala daerah pada 9 Desember nanti. Inilah pemilihan langsung secara serentak pertama di daerah tingkat dua. Komisi Pemilihan Umum tampaknya sudah mempersiapkan semuanya kecuali satu: bagaimana jika calon kepala daerah yang maju hanya satu pasang? Apalagi, di sejumlah tempat, inkumben diprediksi tak terkalahkan. Dari sinilah muncul istilah "calon boneka". Ada pasangan yang tampil hanya untuk memenuhi formalitas, sehingga seolah-olah si calon tua punya lawan. Di Surabaya, misalnya. Dengan segala pencapaian Tri Rismaharini memoles kota itu, diperkirakan tak ada calon mana pun yang bisa mengalahkannya. Walhasil, tak ada yang berani menantangnya dalam pemilihan nanti. Penantang dari Demokrat, Dhimam Abror, ditinggal pasangannya, Haries Purwoko, ketika hendak mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum. Di daerah lain juga muncul "calon boneka". Karena itu ada ide bahwa pemilihan jalan terus kendati calonnya hanya satu pasang. Masyarakat tetap memilih pasangan tersebut, yang melawan "kertas kosong". Sampai tenggat pendaftaran pasangan calon kepala daerah pada akhir Juli lalu, ada tujuh daerah (termasuk Surabaya) yang hanya punya satu pasangan calon. Komisi kemudian memperpanjang masa pendaftaran sampai Selasa dua pekan lalu. Hasilnya, ada empat daerah yang memiliki calon tunggal sehingga pilkadanya ditunda tahun depan. "Pokoknya pilkada jalan terus," kata Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo. Dia pun menegaskan Presiden Joko Widodo tak akan menerbitkan perpu pilkada. Sikap ini sejalan dengan 547 responden jajak pendapat di Tempo.co. Meski begitu, pertentangan dari peserta survei yang setuju pilkada diundur juga hampir sama kuat.
Indikator Pekan Ini Apakah Anda setuju polisi mengawal konvoi sepeda motor besar? www.tempo.co. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo