Izinkanlah saya menanggapi surat Saudara Judilherry Justam (TEMPO, 30 November 1991, Kontak Pembaca), yang menanggapi tulisan "Bila Dokter Mengelus Jago" (TEMPO, 2 November 1991, Nasional). Kalau tidak salah, Saudara Judilherry tidak hadir dalam rapat pleno PB IDI yang diperluas pada malam 20 Oktober 1991. Ada beberapa hal yang tidak benar dalam tulisan Judilherry itu. Hal-hal yang saya anggap perlu saya sampaikan, telah saya sampaikan dalam rapat tersebut. Tapi, karena kesepakatan telah diambil bahwa rapat tersebut bersifat tertutup dan off the record, bukan pada tempatnya untuk saya persoalkan di sini. Tidak etis jika saya mengungkapkannya karena itu melanggar kesepakatan. Hasil akhir Muktamar yang disampaikan oleh Pimpinan Muktamar kepada saya, selaku Ketua PB yang baru, telah saya sampaikan secara rinci dalam konprensi pers yang diselenggarakan PB IDI di Jakarta, sekitar sepuluh hari sesudah Muktamar. Dalam berkas Keputusan Muktamar yang saya terima itu tidak terlihat hal-hal yang membenarkan tuduhan Judilherry. Saya berharap bahwa kita semua bersikap dewasa memahami kebebasan setiap utusan yang hadir di Muktamar untuk menyampaikan pendapatnya sesuai dengan latar belakang masing-masing, dan tak perlu terlalu emosional menanggapi pendapat yang tidak berkenan di hati. Tidak semua keputusan akan memuaskan semua pihak, termasuk mungkin bagi yang diserahi menjadi ketua, tetapi sekali diputuskan maka ia harus dihormati. Idealisme dan kepahlawanan tidak diukur dari emosi, tetapi dengan bukti perilaku. KARTONO MOHAMAD Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini