Keamanan di gunung bromo

Pada 20 Desember 1992, saya bersama temanteman dari Semarang berkunjung ke objek wisata Gunung Bromo, sekalian menghadiri Pertemuan Ahli Anatomi Indonesia (PAAI) di Unibraw, Malang. Kami berangkat dari Malang pukul 11.00 WIB. Sampai di tempat pemberhentian bus, perjalanan dilanjutkan dengan jip ke tempat yang dituju. Itu masih dilanjutkan dengan berjalan kaki atau naik kuda untuk bisa turun ke kaldera Tengger dan kawah Gunung Bromo. Keadaan cukup gelap, kami hanya mengandalkan lampu senter. Sampai di puncak Gunung Bromo, di pinggir kawah, kami menunggu matahari terbit kirakira pukul 04.30. Alangkah ngerinya saya ketika menyaksikan bibir kawah yang tidak memiliki pagar pengaman sama sekali. Padahal, pengunjung datang berdesakdesakan. Setelah matahari terbit, kami turun, lagilagi kami menyaksikan sebagian tepi jalan yang kami lewati waktu berangkat terdapat jurang yang cukup dalam. Untuk itu, saya minta perhatian Pemda dan Dinas Pariwisata setempat agar memberi penerangan sepanjang jalan menuju kawah tersebut dan memberi pagar pengaman yang kuat di bibir kawah, walaupun Visit Indonesia 1991 sudah lewat. DR. SURJO ADJI Jalan Ketilang Asri IX/F.27 Semarang 50114