Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SETELAH menyimak rubrik Kritik TEMPO, edisi 22 Maret 1999, yang berjudul "ICMI = Cina Miskin", saya merasa perlu mengucapkan terima kasih. Betapa tidak, Saudara Saminuddin B. Tou telah mencoba menggugah kesadaran saya bahwa K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur ) bukanlah "malaikat". Dalam hal ini, tampaknya bukan hanya Saudara Saminuddin sendiri yang merasa tidak tenang setelah menyaksikan acara Pro Kontra TPI (11/02/99) tempo hari. Gus Dur, yang memelesetkan ICMI menjadi Ikatan Cina Miskin Indonesia, sungguh membuat banyak orang tersinggung dan terganggu. Boleh jadi, dengan pelesetan itu, Gus Dur sekadar bermaksud mengkritik ICMI dengan cara humor. Tapi tidak boleh diabaikan bahwa pernyataan itu bisa berarti pelecehan. Bagaimanapun ucapan yang bernada miring terhadap ICMI tentunya tidak hanya mendorong orang ICMI untuk belajar mampu menertawakan kelompok mereka sendiri, namun bisa pula memperkuat stereotip negatif yang sudah tertanam mengenai kelompok itu.
Saya bisa memahami bahwa pelesetan itu tidak mengenakkan. Namun demikian menjadi berlebihan apabila ketidaksetujuan kepada ucapan Gus Dur itu dibalik dengan menuding Gus Dur macam-macam. Bukankah lebih bagus kalau kita melihat cemoohan Gus Dur tersebut sebagai sesuatu yang tentatif (tidak pasti, bisa berubah)? Sebaiknya cemoohan Gus Dur itu jangan dilihat sebagai serangan terhadap kelompok ICMI. Kita perlu waspada terhadap bias diri sendiri. Artinya, jangan sampai kita hanya menerima hal-hal positif pada diri orang-orang yang kita sukai dan hanya menerima hal-hal negatif pada diri orang yang tidak kita sukai. Sebab barangkali antara Gus Dur dan kita sama-sama sepakat bahwa ICMI perlu memperbaiki diri dari segala kekurangan yang ada, sehingga nantinya tidak perlu sampai muncul pelesetan atau ucapan lain yang bernada miring terhadap ICMI. Kita semua sadar bahwa pertengkaran soal cemoohan Gus Dur atas ICMI tersebut bukanlah pertentangan pada tingkat isi, melainkan pada tingkat hubungan (bagaimana komunikasi yang seharusnya dilakukan).
Karena itu, jika kita menghendaki komunikasi yang efektif—jika kita ingin memahami maksud pihak lain—masyarakat perlu meminta Gus Dur sendiri menjelaskan, mengapa ia mencemooh ICMI seperti itu. Apakah Gus Dur ingin dianggap lain daripada yang lain dengan mencemooh ICMI sedemikian rupa? Apakah Gus Dur lebih mementingkan kelompoknya sendiri dengan mencemooh secara terbuka terhadap ICMI? Benarkah begitu? Nah, lantas kita sampaikan keberatan-keberatan kita kepada Gus Dur atas cemoohannya itu. Dengan demikian kita telah memberikan kesempatan bagi Gus Dur untuk menjelaskan maksudnya, menolak atau bahkan mengubah dugaan-dugaan kita terhadap Gus Dur.
Didik Hidayat
Jalan Brawijaya 97
Mojokerta, Jawa Timur 61323
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo