KETIKA Presiden Soeharto menyatakan akan hadir pada KTT ASEAN di Manila, yang dimulai Senin pekan ini, kami memutuskan pula untuk mengirimkan dua wartawan meliput peristiwa penting itu. Mereka: Ahmed Kurnia Soeriawidjaja dan Didi Prambadi -- dua di antara sejumlah nama di TEMPO yang bolak-balik meliput masalah-masalah Filipina. Bagi Ahmed, 28 tahun, yang sehari-hari dipanggil Utun, Filipina bukan negeri yang asing. Tahun ini, ia sudah tiga kali bolak-balik ke Manila. Dialah yang bersama Kepala Biro Jakarta, Bambang Harymurti, mewawancarai bekas Menteri Pertahanan (kini: Senator) Juan Ponce Enrile, Februari lalu. Selang lima bulan, Utun, orang Sunda kelahiran Penang, kami tugasi mewawancarai tokoh Moro, Nur Misuari, dan berhasil. Waktu itu, ia juga berhasil melakukan wawancara dengan Mayjen. Eduardo Ermita, Deputi Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina, dan kemudian diperbolehkan mengunjungi Kamp Aguinaldo serta melakukan pemotretan di sana. Ketika tokoh pemberontak Kolonel Gregorio "Gringo" Honasan tertangkap, pekan lalu, Utun mencoba menghubungi orang-orang kontaknya untuk mengatur sebuah wawancara khusus dengan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Fidel Ramos. Mengingat jadwal kerja Ramos hari-hari ini, sehubungan dengan pengamanan KTT ASEAN, ketat sekali, Utun disarankan mencegat orang kuat angkatan bersenjata Filipina itu di Makati Sport Club, Manila. Sebab, Ramos akan berceramah di depan organisasi wanita Concerned Womens's of the Philippines. Kamis sore pekan lalu, beberapa menit sebelum ceramah dimulai, Utun dan Didi sudah nongkrong di Makati Sport Club. Maka, begitu Ramos turun dari mobilnya, kedua "Rambo" TEMPO langsung menodong sang jenderal untuk minta waktu berwawancara, dan dikabulkan. "Saya akan meluangkan sedikit waktu buat kalian seusai ceramah," kata Ramos. Meski Ramos cuma memberikan waktu sekitar 15 menit, dan menjawab enam pertanyaan pokok, Utun dan Didi cukup terkesan dengan keramahan jenderal berbintang empat itu. "Sampai ketemu lagi," kata Ramos kepada Utun dan Didi yang mengantarnya sampai ke mobil. Keramahan pejabat Filipina kepada wartawan bukan suatu yang asing bagi Didi, 33 tahun, yang sehari-hari menjabat Koordinator Biro Luar Negeri TEMPO. Ia sudah beberapa kali menunjungi tanah kelahiran Ramos -- baik dalam rangka tugas kantor maupun acara pribadi -- dan mewawancarai banyak tokoh penting di sana. Terakhir, tahun lalu, ia melakukan peliputan kejatuhan Presiden Ferdinand Marcos. Maka, Utun dan Didi tak menemui kesulitan berarti dalam meliput KTT ASEAN, yang berlangsung selama dua hari, 14 dan 15 Desember, di gedung Philippines International Convention Centre, Manila. Reportase keadaan di Manila selama dua minggu menjelang KTT ASEAN, dan sejumlah wawancara dengan pemuka Filipina yang dilakukan kedua wartawan TEMPO, kami tunggu sampai Senin malam di Jakarta. Bahan-bahan yang dikirimkan Utun dan Didi, yang kami lengkapi pula dengan riset kepustakaan di Jakarta, dituliskan menjadi Laporan Utama minggu ini oleh Jim Supangkat, Farida Sendjaja, Mohamad Cholid, dan A. Dahana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini