INI bukan kali pertama kami menulis laporan tentang bedah plastik yang sangat digemari kaum Hawa, terutama oleh ibu-ibu yang berusia di atas 40 tahun. Alasannya: macam-macam -- dari mempermancung hidung, mengencangkan kulit muka, menghilangkan lipatan lemak di perut, sampai merapikan (maaf) vagina. Tapi tak selamanya operasi bedah plastik itu berakhir sukses Februari lalu, Reporter Agus Sigit berhasil menemui salah seorang "korban" bedah plastik. Dialah, Hasan Basri, 51, penjahit di Jalan Cempaka Raya, Jakarta Pusat, yang, setelah 17 kali menjalani operasi mempermancung hidung di Klinik Bedah Yayasan Sumber Sejahtera, malah jadi menderita. Hidungnya bukan jadi mancung, malah berair dan mengeluarkan bau tak sedap. Hasan, katanya, akan menuntut dokter yang mengoperasi hidungnya itu ke pengadilan, dan sekaligus menuntut ganti rugi. Terakhir heboh terjadi di Klinik Asih Trisna. Nyonya Sri Sulastri, 57, istri Ketua Pengadilan Jakarta Pusat Subandi, yang semula berniat membuang lipatan lemak di perut, dan sekaligus merapikan agina, meninggal setelah menjalani serangkaian pembedahan. Lagi-lagi tugas pelacahan kami berikan pada Agus Sigit, lulusan IPB yang mulai akrab dengan persoalan operasi bedah plastik, dan berhasil. Ketika kami memutuskan mengangkat malapraktek bedah plastik ini menjadi Laporan Utama, Agus Sigit, 24, yang baru dua tahun bergabung dengan TEMPO, kembali kami terjunkan untuk mengumpulkan bahan-bahan selengkap mungkin. Setelah "di pingpong" ke sana-sini, karena tak semua sumber yang dihubungi mau buka mulut, toh pada Senin malam, saat deadline, Agus kembali dengan setumpuk bahan untuk Laporan Utama nomor ini. Tak semua sumber, tentu, bisa digarap reporter pria. Maka, untuk mengetahui seberapa jauh salon-salon kecantikan terlibat urusan bedah plastik, kami menerjunkan Erlina Sukarno. Ia, yang saat ini tengah hamil besar, dengan ditemani Fotografer Rini P.W.I., kami minta menyamar sebagai calon pasien yang ingin melakukan operasi merapikan vagina setelah melahirkan nanti. Hasilnya? Tak ditemukan adanya kesengajaan salon-salon kecantikan itu secara sembarangan melakukan operasi kosmetik. Mereka lebih banyak jadi perantara pasien dengan dokter yang praktek bedah kosmetik. Selain itu, kami juga mewawancarai Dewi Soekarno -- janda Presiden Soekarno dan Titiek Puspa, penyanyi yang disebut-sebut orang melakukan operasi kosmetik. Betulkah gosip itu? Dewi dan Titiek menjawab secara blak-blakan pada TEMPO. Pengumpulan bahan tak cuma dilakukan di Jakarta. Juga di daerah-daerah dan di luar negeri. Di Jepang, misalnya, menurut laporan koresponden TEMPO Seiichi Okawa, diduga cukup banyak wanita Indonesia yang melakukan operasi kosmetik. Dari berbagai sumber itu, semua bahan yang juga dikumpulkan oleh Ahmed Soeriawidjaja, ditulis menjadi Laporan Utama oleh Jim Supangkat dan Putu Setia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini