TAK yakin Cipluk bayi yang dilahirkannya di ruang bersalin puskesmas Cilandak, Maret lampau, Kartini lalu mengerahkan lagi anak itu ke balai pengobatan rakyat tersebut. "Terserah mau diapakan bayi ini," katanya. "Mau dibuang terserah, mau diberikan sama orang lain juga boleh." Kemudian, Kartini bersama suaminya, Suripno, mengadu ke polisi agar Dewi, yang diasuh oleh pasangan Nuraini dan Ambam Hidayat, dikembalikan kepadanya. Ia yakin Dewi anaknya, bukan Cipluk. Kasus rebutan Dewi ini akhirnya menyeret Nuraini ke meja hijau, dan perkaranya mulai disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu pekan lalu. Ia dituduh melanggar Pasal 277 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana - tentang penggelapan asal-usul. Menurut Redaktur Hukum TEMPO, Karni Ilyas, lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Pasal 277 ini baru pertama kali dipergunakan dalam sejarah pengadilan Indonesia. "Jadi, belum ada yurisprudensinya," katanya. Bagaimana dengan nasib Cipluk? Tak banyak yang diketahui sejak bayi itu diserahkan Kartini ke puskesmas Cilandak, sekitar lima bulan lalu. Perawat-perawat yang bertugas di klinik pengobatan itu, yang menjadi "orangtua asuh" Cipluk, tutup mulut terhadap wartawan mengenai perkembangan bocah tersebut - lebih-lebih setelah heboh tuntutan Kartini muncul di berbagai media massa, akhir tahun lampau. Mereka bahkan juga tak mengizinkan wartawan memotret Cipluk. Ketika kami memutuskan mengangkat kasus rebutan Dewi sebagai Laporan Utama minggu ini, semula kami juga pesimistis bisa berhasil mendapatkan cerita tentang Cipluk. Apalagi di luar santer terdengar bahwa Cipluk disembunyikan di suatu tempat yang cuma diketahui oleh orang-orang tertentu. Maka, cukup lama juga Reporter Diah Purnomowati "membujuk" Kepala Rumah Bersalin Puskesmas Cilandak, Dokter Mursiamsih, yang ditemui di rumahya, Rabu malam pekan lalu, untuk mendapatkan izin melihat bocah yan punya banyak orangtua asuh tersebut. "Cipluk masih di puskesmas," kata Mursiamsih. "Kalau ingin menemuinya, besok saja." Kamis pagi, Diah langsung ke puskesmas Cilandak, dan menemui Cipluk sedang bermain-main di ruang jaga perawat. Hampir setengah jam Diah bermain-main dengan bocah itu - sambil mewawancarai "orangtua asuh"-nya, tentu. "Cipluk memang mau dengan siapa saja," kata Reporter Happy Sulistyadi, yang mengunjungi bocah itu, sehari setelah Diah. Tak cuma itu kelebihan Cipluk dilihat Happy -- yang menulis Laporan Utama bersama Karni Ilyas. Ia juga tampak lebih gemuk, lebih sehat, dan lebih cerdas ketimbang banyak bayi seusianya. "Tak heran bila banyak pasien yang berobat ke puskesmas Cilandak yang jatuh hati kepada Cipluk," kata Happy.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini