Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Dari Redaksi

Meliput Pemilu Myanmar

Yuli ismartono meliput jalannya pemilu di myanmar dan heboh orang utan asal indonesia yang tertangkap di bangkok. ia didaulat koresponden asing menjadi ketua foreign correspondents club of the land.

2 Juni 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MELIPUT suatu peristiwa di sebuah negara yang tak bisa dimasuki sembarang orang merupakan dambaan banyak wartawan. Maka, begitu pemerintahan Jenderal Saw Maung menyatakan akan melaksanakan pemilihan umum (pemilu) pertama di Myanmar, Koresponden TEMPO di Bangkok, Yuli Ismartono, langsung mengontak Redaktur Pelaksana Bambang Bujono, yang membawahkan rubrik Luar Negeri. "Bambang, saya bisa mendapatkan visa untuk masuk ke Yangon. Wartawan asing yang diizinkan masuk terbatas, lho," ujarnya. Bambang tentu saja gembira mendenga kabar itu. Ia langsung menugasi Yuli, yang cuma dapat izin dari Pemerintah Myanmar seminggu, untuk meliput jalannya pemilu tersebut. Bagi Yuli, keberangkatannya ke Myanmar kali ini merupakan kunjungan kedua sejak pemerintahan Jenderal Ne Win digulingkan pertengahan tahun lalu. Tugas meliput pelaksanaan pemilu, yang dilangsungkan Minggu kemarin, sama mencekamnya ketika ia kami tugasi melipui demonstrasi besar-besaran yang mengguncang Myanmar sebelas bulan silam. Siapa tahu, mahasiswa turun lagi ke jalan. Tapi tugas penuh risiko itu sudah tidak asing bagi Yuli. Sejak bergabung dengar TEMPO pada 1982, ibu dua anak itu sudah berulang kali kami tugasi meliput kejadian-kejadian di antara desingan peluru. Ketika sejumlah perwira muda melakukan aksi militer di Muangthai, 1985, dan minta korban dua wartawan, Yuli berada di samping korban. Ia pernah masuk ke kantung pemberontak Gerakan Pembebasan Macan Tamil Eelam (LTTE) di Sri Lanka. Ia juga pernah meliput sarang Raja Candu, Khun Sa, di perbatasan Muangthai -- Myanmar -- Laos. Tak cuma itu tugas dengan risiko maut yang diliput Yuli. Ia sering kami tugasi meliput kontak senjata di perbatasan Muangthai-Kamboja. Tak heran bila Yuli di kalangan koresponden asing di Bangkok dikenal sebagai wartawan yang dekat dengan Pangeran Sihanouk dan Son Sann, yang mengadakan perlawan terhadap pemerintahan Heng Samrin. Maka, koresponden-koresponden asing di Bangkok mendaulat Yuli sebagai ketua Foreign Correspondents Club of Thailand (FCCT). Tugas Yuli tentu tak cuma meliput peristiwa-peristiwa politik. Ia juga kami tugasi meliput heboh orang utan asal Indonesia yang tertangkap di Bangkok. Bahkan sebelum berangkat ke Yangon, Yuli, Senin pekan lalu, masih meliput pemulangan kembali enam orang utan yang hendak diselundupkan ke Yugoslavia itu. Tugas "mengantar" orang utan ke Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, bagi Yuli lebih merupakan tugas nasional ketimbang tugas TEMPO. Karena keberangkatannya adalah atas permintaan Duta Besar Gatot Suwardi. Yuli mendampingi pimpinan Pusat Rehabilitasi Orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting, Birutew M.F. Galdikas, yang disertai wakil dari The Orangutan Foundation, Dianne Taylor Snow, dan dua wartawan The Nation dari Muangthai. Setelah dua hari di Indonesia, Yuli langsung terbang ke Bangkok untuk selanjutnya bertolak ke Yangon meliput pemilu Myanmar. Laporannya tentang pemilu di Negeri Seribu Pagoda itu dapat Anda ikuti di rubrik Luar Negeri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus