Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apakah upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh Baharuddin Lopa memiliki tendensi politik? (15 - 22 Juni, 2001) | ||
Ya | ||
57.2% | 322 | |
Tidak | ||
39.6% | 223 | |
Tidak tahu | ||
3.2% | 18 | |
Total | 100% | 563 |
Kehadiran Baharuddin Lopa di kantor barunya, Kejaksaan Agung, di bilangan Blok M, Jakarta Selatan, tergolong baru dalam hitungan minggu. Namun, suasana ini tak mengurangi kesigapannya dalam memeriksa perkara yang bertumpuk dari tangan pendahulunya, Marzuki Darusman.
Siapa saja sasaran tembak Lopa tersebut? Tiga di antaranya adalah para konglomerat yang justru sempat mengenyam "payung politik" Presiden AbdurrahmanWahid sehingga Kejaksaan Agung tidak segera menyeretnya ke pengadilan: Marimutu Sinivasan, Sjamsul Nursalim, dan Prajogo Pangestu.
Kejaksaan membidik Sinivasan dengan dugaan korupsi senilai Rp 19,8 triliun. Untuk bos Gadjah Tunggal, Sjamsul Nursalim, Lopa mengajukan tuduhan penyalahgunaan bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI) di Bank Dagang Negara Indonesia (BDNI), yang menyebabkan kerugian negara Rp 27,8 triliun. Sementara itu, taipan pemilik Barito Pacific dan Chandra Asri, Prajogo Pangestu, Lopa tembak dengan dugaan penyalahgunaan uang negara Rp 9,8 triliun.
Tak cuma para konglomerat. Sejumlah politisi papan atas juga masuk dalam daftar buruan Lopa. Dua di antaranya adalah Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung, dan Ketua Fraksi PDI Perjuangan Arifin Panigoro. Akbar akan diperiksa dalam kasus dugaan penyahgunaan dana nonbujeter Bulog, sedangkan Arifin akan diperiksa dalam kasus dugaan penyalahgunaan dana dari PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia.
Masuknya dua nama politisi ke dalam daftar buruan Lopa inilah yang kemudian mengundang pertanyaan dari sejumlah pihak. Maklum, belakangan Arifin dan Akbar tampak getol mengusung rencana MPR menggelar sidang istimewa yang bakal meminta pertanggungjawaban Presiden Abdurrahman.
Nuansa politis itulah yang mengundang kecurigaan 57,2 persen responden jajak pendapat TEMPO Interaktif terhadap langkah-langkah Lopa. Mereka melihat jurus sapu bersih pendekar hukum asal Majene, Sulawesi Selatan, yang terkenal lurus dalam menjalani karirnya ini memiliki tendensi politis. Lopa mesti menepis syak wasangka ini jika tidak ingin nama baiknya yang telah terbangun bertahun-tahun sirna dalam hitungan hari belaka.
Jajak Pendapat Pekan Depan:
Sepanjang pekan ini, aparat kepolisian sibuk menangani unjuk rasa mahasiswa menentang kenaikan harga bahan bakar minyak. Lemparan batu dan aksi bakar ban bekas oleh para calon sarjana ini mereka bubarkan dengan tembakan gas air mata dan peluru karet. Menurut pendapat Anda, apakah tindakan aparat keamanan mengatasi aksi demonstrasi mahasiswa ini telah melampaui batas? Suarakan pendapat Anda melalui www.tempointeraktif.com . |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo