TEMPO, 24 Juli 1993, Memoar menceritakan Arie Smit Mencari Cahaya di Bali. Sebuah bacaan yang menarik dan langka, mengingat sejauh ini amat jarang figur pelukis diutarakan lika-liku hidupnya, lewat tulisan yang cukup panjang. Namun, di balik itu ada sedikit kekecewaan saya. Karena sebagian dari tulisan itu mencomot begitu saja dari buku Puisi Warna Arie Smit, susunan Agus Dermawan T., yang diterbitkan Yayasan Seni Rupa AIA. Plot, susunan alinea, isi, bahkan kalimat-kalimatnya sangatlah mirip. Misalnya alinea ke-2 pada halaman 59 pada memoar itu hampir sama dengan yang ditulis oleh Agus di halaman 23 dalam buku Puisi Warna. Alinea 1 pada subjudul Konsep Karya Arie Smit pada Memoar, sama dengan kalimat-kalimat di halaman 34 Puisi Warna. Bahkan pada pembicaraan perkembangan lukisan Arie Smit, pada halaman 63 alinea 2, 3, 4, 5, 6 adalah sangat mirip dengan opini Agus dalam Puisi Warna, halaman 39, 40, 41. Dan sebagainya. Tentulah Saudara Agus Dermawan T. tidak keberatan tulisannya dicuplik, untuk melengkapi sebuah artikel orang lain. Tapi, sayangnya, TEMPO tidak sekali pun menyebutnya sebagai sumber. Dan bahkan buku Puisi Warna Arie Smit, yang menjadi sumber acuan memoar, tak disebut sama sekali. Paling-paling hanya pada akreditasi foto, yang memang diambil dari buku Puisi Warna Arie Smit. Terakhir adalah koreksi, pada akreditasi foto lukisan Wanita- wanita Bali Pulang dari Pasar, di TEMPO tertulis Koleksi Museum Neka. Itu salah. Yang betul mestinya Puisi Warna Arie Smit. Karena lukisan koleksi Bung Karno itu difoto oleh Agus, dan dimasukkan dalam buku Puisi Warna Arie Smit. Dan TEMPO (pasti) mengambil dari buku itu. Ya, kan? ILIANA LIE Yayasan Seni Rupa AIA Jalan Kelapa Lilin I/NG. 2/1 Kelapa Gading Permai Jakarta Soal kreditasi reproduksi lukisan Wanita-wanita Bali..., memang kami salah. Maaf. Tapi, soal acuan memoar, kami berpegang pada cerita Arie Smit sendiri. Perkara mirip, itu soal lain Red.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini