Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Bencana Berulang Awal Tahun

TEMPO DOELOE | 10 FEBRUARI 1990

23 Januari 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bencana Berulang Awal Tahun/Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Di tengah pandemi corona, bencana terjadi di mana-mana di awal tahun ini

  • Di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Barat, ribuan orang mengungsi karena banjir dan gempa

  • Kejadian serupa kerap terjadi di awal tahun, seperti di era Soeharto, bencana melanda Jawa Tengah dan Jawa Barat

MENGAWALI 2021, rentetan bencana melanda berbagai daerah di Indonesia. Di Kalimantan Selatan, 27 ribu rumah di 11 kabupaten/kota terendam banjir sehingga 112 ribu penduduknya mengungsi sejak 12 Januari lalu. Di Sulawesi Barat, gempa berkekuatan 6,2 magnitudo memorak-porandakan Kabupaten Mamuju dan Majene pada 15 Januari. Ribuan rumah yang rusak membuat 19 ribu orang mengungsi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Sumedang, Jawa Barat, bencana tanah longsor mengakibatkan 40 orang meninggal. Yang terbaru, banjir bandang menerjang kawasan Puncak, Jawa Barat. Pada awal 1992, seperti tertulis dalam artikel majalah Tempo berjudul “Bencana Jumat Kelabu”, banjir juga terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah banjir bandang, kini datang banjir stres. Ini terlihat di beberapa pos penampungan korban banjir Semarang, akhir bulan lalu. Mereka merenungi anggota keluarga yang tewas, rumah yang hancur, harta benda yang hanyut, dan masa depan yang tak jelas. 

Untuk mengatasi banjir stres itu, Wali Kota Semarang Soetrisno Soeharto menurunkan sejumlah psikolog, psikiater, dan rohaniwan. “Untuk memulihkan semangat warga yang terkena musibah,” ujarnya.

Musibah itu tidak cuma membuat sibuk sejumlah dokter dan petugas lapangan yang mengurus langsung para korban. Di tengah kesibukan menanggulangi bencana, Selasa pekan lalu, Gubernur Jawa Tengah Ismail juga menerima pesan simpati Presiden Soeharto. Dalam pembicaraan telepon itu, “Presiden berpesan agar tak perlu mencari kambing hitam di tengah musibah ini,” tutur Ismail. 

Sejumlah pejabat tinggi juga berdatangan. Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Sudomo serta Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Soepardjo Rustam, yang kebetulan baru selesai menghadiri peresmian Museum Rekor Indonesia di Semarang, menyempatkan diri meninjau lokasi banjir. Bahkan, Ahad lalu, taipan Liem Sioe Liong menemui Gubernur Ismail di kantor perwakilan Jawa Tengah di Jalan Darmawangsa, Jakarta Selatan.

Pengusaha multinasional itu menyumbang Rp 250 juta. Menteri Dalam Negeri Rudini, Sabtu lalu, juga mendarat di Bandar Udara Ahmad Yani, Semarang, untuk melihat dari dekat musibah beruntun di Jawa Tengah. 

Gubernur Ismail melaporkan bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di 16 wilayah Daerah Tingkat II di Jawa Tengah. Menurut Ismail, korban tewas di Jawa Tengah sebanyak 128 orang. Banjir Semarang menelan korban 62 orang meninggal, jalan sepanjang 2 kilometer hancur, 9 jembatan rusak berat, 1.060 rumah berantakan, dan 2.150 warga harus diungsikan. 

Kerugian materi ditaksir Rp 6,635 miliar. Sementara itu, tanah longsor di Kecamatan Kandangan, Temanggung, dalam laporan Gubernur Ismail, telah meminta korban jiwa 30 orang. Banjir di Kabupaten Batang menghanyutkan sampai mati 20 orang, di Cilacap 3 orang, di Rembang 1 orang, serta di Kabupaten Kendal, Pati, Demak, dan Banjarnegara masing-masing 4 orang.

Bencana di Jawa Tengah kelihatan sambung-menyambung, diawali musibah Jumat Wage, 26 Januari lalu, yakni air bah yang menelan Kota Semarang. Belum genap 24 jam, menyusul tanah longsor di Temanggung dan tempat-tempat lain. “Jadi Jumat Wage kelabu bagi masyarakat Jawa Tengah,” kata Ismail.

Jumlah kerugian seluruhnya Rp 18,5 miliar. Lantaran musibah itu, Pemerintah Kota Semarang berniat memindahkan rumah-rumah penduduk yang dibangun di kawasan banjir Kali Garang. Pemerintah daerah telah menyediakan lahan perumahan 3 hektare di dua tempat. “Biaya pemindahan ditanggung oleh pemda,” ucap Wali Kota Soetrisno.

Untuk tahap pertama, 160 keluarga akan segera ditempatkan di lokasi baru. Rupanya, Jumat kelabu bukan cuma terjadi di Jawa Tengah. Kabupaten Bandung, Jumat lalu, juga dilanda bah. Banjir memang tak seganas di Kota Semarang. Namun 11 ribu rumah di 9 kecamatan, 68 masjid, dan 25 gedung sekolah sempat terendam sedalam 25-185 sentimeter. Jawa Barat juga dilanda musibah tanah longsor, di Kampung Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Jumat lalu. Tiga orang tewas tertimbun dan 9 rumah harus dipindahkan karena terancam longsoran. Musibah apa pun sering mengundang banjir simpati.

Pengusaha Probosutedjo dan Astra Group menyumbang masing-masing Rp 50 dan Rp 100 juta untuk korban bencana alam di Jawa Tengah. Sampai Sabtu pekan lalu, Gubernur Ismail telah menerima sumbangan Rp 437,7 juta. Ini belum termasuk bantuan dari Liem Sioe Liong yang Rp 250 juta dan penyanyi Titiek Puspa Rp 5 juta. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus