Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DEBUT Rio Haryanto di arena balap mobil Formula 1 bakal berlangsung di Grand Prix Australia, 20 Maret mendatang. Rio adalah pembalap Indonesia pertama yang berlaga di ajang bergengsi itu.
Pada musim balap tahun ini, Rio satu-satunya wakil Asia yang akan bertarung melawan pembalap papan atas, seperti Lewis Hamilton, Sebastian Vettel, Fernando Alonso, dan Jenson Button. "Saya menargetkan menyelesaikan balapan," ujar Rio, 23 tahun, yang bergabung dalam Manor Racing, seperti dilansir F1i. GP Australia menjadi uji coba pertama apakah pembalap asal Surakarta ini mampu melaju satu musim di Formula 1.
Dukungan orang tua pendorong utama Rio, yang mengawali kariernya di balap gokar. Sang ayah, Sinyo Haryanto, adalah pembalap mobil pada 1980-an. Sedangkan ibunya, Indah Pennywati, marketing manager Rio. Pada 2002, Rio menjadi juara nasional gokar kelas kadet.
Pada 1960-an hingga awal 1970-an, Indonesia memiliki pembalap gokar yang berhasil melaju ke arena Formula II, yakni Henky Iriawan. Henky tewas dalam balapan Royal Perak Karting Prix di Ipoh, Malaysia, 23 April 1972, pada usia 28 tahun.
Mobil Margay Comet Twin yang dia kendarai selip dan membentur pohon. Pembalap 28 tahun ini ngotot ikut balapan di Ipoh agar pembalap dari luar negeri mau datang ke Ancol Karting Race, yang akan diselenggarakan di Jakarta pada Mei tahun itu.
"Bagaimana kalau saya dan Jan tidak hadir di sana. Kami harus memenuhi janji kami agar mereka dapat juga turut serta dalam Ancol Karting Race, Mei nanti," kata Henky kepada Tempo sebelum menuju tempat perlombaan. Jan Darmadi adalah pembalap Indonesia lain yang ikut ke Ipoh.
Henky meninggal, tapi Jan dan Rudy Iriawan—kakak Henky—melanjutkan cita-cita almarhum menggelar balapan di Ancol. Tempo edisi 3 Februari 1973, dalam rubrik olahraga, menulis tentang rencana perhelatan tersebut dengan judul "Mewarisi Cita-Cita Henky".
Nama lomba yang semula direncanakan Ancol Karting Race diubah menjadi Henky Memorial Karting Prix. Balapan berlangsung pada 17-18 Februari 1973 di sirkuit idaman Henky, yaitu Sirkuit Bina Ria, Ancol.
Ajang ini diikuti pembalap utama dari Hong Kong, Malaysia, dan Singapura. Tahun-tahun selanjutnya, Henky Memorial Karting Prix menjadi anak tangga menuju arena gokar internasional. Henky memang bercita-cita meningkatkan mutu olahraga balap di Indonesia. Kejuaraan tersebut membangkitkan kembali gairah dunia balap di Tanah Air.
Henky dikenal sebagai pemuda lincah, periang, dan bertemperamen kasar. Ketika bertanding di Ipoh, dia dan mobilnya, Margay Comet Twin, sebenarnya di ambang kemenangan. Nahas, mobilnya tergelincir dan menghantam pohon. Henky tewas meninggalkan istri, Peggy, dan tiga anak yang masih kecil.
Sebelumnya, di Singapore Grand Prix pada Maret 1972, Henky juga mengalami kecelakaan. Mobilnya ditabrak dari belakang. Tapi dia selamat. "Dunia balap ini keras. Sekarang kita bersama-sama, besok kita bisa berpisah," ujar pembalap sepeda motor terkenal Jan Grashuis.
Pada hari-hari terakhir hidupnya, Henky sempat meminta maaf kepada rekan-rekannya di dalam dan di luar gelanggang. Pembalap yang lahir pada 28 April 1945 itu memenuhi hasratnya: gugur dengan "Bhinneka Tunggal Ika" di dada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo