Saya ingin menanggapi surat Ahyar Stone tentang panjat tebing (TEMPO, 15 Februari 1992, Komentar). Sebetulnya ada tiga istilah dalam dunia panjat tebing: panjat tebing (rock climbing), panjat tebing buatan (artificial wall climbing), dan panjat dinding (artificial wall climbing). Nah, yang resmi digunakan Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) adalah "panjat tebing" dan "panjat tebing buatan". Pada "panjat tebing" sering ditambah "alam" untuk menekankan perbedaan dengan "buatan". Bagi kita, "panjat dinding" masih mudah diterima karena dinding panjat di Indonesia hanya terbuat dari panel-panel multipleks. Di negara-negara yang lebih maju kegiatan panjat tebingnya, dinding panjatnya dibentuk menyerupai tebing alam (bentuk bidang dan tekstur permukaannya) dengan bahan dasar resin. FPTI hanya mengakui "lombat panjat tebing buatan". Perlombaannya bisa dilakukan di tebing alam, walau hasilnya tidak diperhitungkan dalam peringkat pemanjat tebing buatan Indonesia versi FPTI. Mengingat KONI tak hanya mengurusi "perlombaan" tapi "olahraga"nya secara utuh, maka lomba pada tebing alam termasuk di dalamnya bersama kegiatan pemanjatan di tebing alam (maupun buatan), yang dilakukan dengan tujuan berolahraga. Semua itu disatukan dalam istilah "olahraga panjat tebing" (sport climbing), tempat prestasi diukur (dengan skala tingkat kesulitan, ada beberapa versi, misalnya FPTI menggunakan Yosemite Decimal System dari Amerika Serikat), dan hampir semua risiko bisa dikontrol oleh pemanjat. Lain pula dengan "petualangan panjat tebing"(adventure climbing). Di sini prestasi tak hanya diukur dengan tingkat kesulitan jalur pemanjatan, tapi juga ditambah faktor alam. Misalnya, tingkat kesulitan pada tebing Carstensz Pyramide di Irian Jaya tidak besar tapi risikonya menjadi besar karena hujan dan badai di kawasan itu sulit diramalkan. Atau, pemanjatan di musim dingin lebih berat ketimbang di musim panas. Karena itu pula petualangan panjat tebing tidak lazim dilakukan pada tebing buatan, yang umumnya didirikan di kota, bahkan dalam ruangan dan tingginya relatif pendek. Tapi memanjat gedung tinggi, misalnya, tergolong petualangan sebab belum semua risikonya diketahui. HARIJANTO SUWAR Ketua Bidang Umum FPTI Gudang Peluru A/22 Kampung Melayu Besar Jakarta 10049
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini