TIDAK ada wartawan tak menginginkan laporan-laporannya eksklusif -- dan pertama. Maka, ketika pemerintah militer Myanmar (d/h Burma) mengeluarkan perintah tahanan rumah bagi dua tokoh oposisi, Aung San Suu Kyi dan Jenderal (Purn.) Tin Oo, Kamis pekan lalu, Koresponden TEMPO di Bangkok, Yuli Ismartono, langsung menelepon ke Jakarta. "Didi, saya punya wawancara khusus dengan Suu Kyi," katanya. Setelah itu, Koordinator Biro Luar Negeri TEMPO, Didi Prambadi, yang membawahkan koresponden dan pembantu TEMPO di mancanegara, langsung mengusulkan untuk menulis perkembangan di Negeri Seribu Pagoda itu sebagai Laporan Utama, dan diterima. Wawancara khusus dengan Suu Kyi itu dilakukan Yuli dua kali. Pertama, ketika ia berkunjung ke Yangon (Rangoon), dua pekan silam, dan terakhir (dilakukan lewat telepon) sebelum Pemerintah Myanmar memutuskan hubungan komunikasi dengan luar negeri, Kamis kemarin. Bagi Yuli, mengontak Suu Kyi bukan hal sulit. Kedua putri diplomat ini sudah bersahabat sejak di New Delhi, 1963. Waktu itu, orangtua mereka, ayah Yuli dan ibu Suu Kyi, sama-sama menjabat sebagai duta besar. Keduanya sama-sama kuliah pada jurusan sosial dan politik di Delhi University. Sejak Suu Kyi melanjutkan di Oxford University, London, 1965, kedua sahabat itu hanya bertemu lewat surat. "Itu pun jarang," kata Yuli. April 1988, Suu Kyi, dalam perjalanan pulang dari London ke Yangon untuk menengok ibunya yang sedang sakit, mampir di Bangkok, dan kedua sahabat itu secara tak terduga ketemu di toko serba ada Central. Pertemuan tiba-tiba itu mereka rayakan dengan acara makan bersama. "Waktu itu tak ada tandatanda Suu Kyi akan terlibat dalam kemelut di Myanmar," kata Yuli lagi. Ketika Suu Kyi, yang menetap di London bersama suami dan dua putranya, berada di Yangon, meletus aksi-aksi mahasiswa. Sejak itu ia tak pernah meninggalkan kota kelahirannya. "Saya merasa terpanggil untuk berjuang," kata Suu Kyi kepada Yuli. Terakhir, kedua sahabat itu bertemu di Yangon, pertengahan Juni lalu, dan Yuli dijamu Suu Kyi minum teh di rumah kediamannya. Setelah mengobrol tentang keluarga dan persahabatan mereka, Suu Kyi dan Yuli hampir dua jam berbincangbincang mengenai aksi-aksi mahasiswa, penangkapan tokoh-tokoh politik, serta posisi kaum oposisi di Myanmar. Seusai wawancara, Suu Kyi, 44 tahun, berpesan kepada Yuli untuk membelikan bahan pakaian di Bangkok. Ia perlu bahan untuk blus. "Saya butuh pakaian baru untuk berkampanye. Sedangkan saya tak mungkin keluar dari Burma sekarang ini," kata Suu Kyi. Ia minta barang-barang pesanannya itu dititipkan melalui anaknya. Suami dan kedua putra Suu Kyi tetap tinggal di London, dan sudah dua kali mengunjunginya di Yangon. Sewaktu Yuli mendengar kabar bahwa Suu Kyi dikenai tahanan rumah, pekan silam, ia langsung menelepon sahabatnya itu. Ternyata, Suu Kyi baik-baik saja entah sekarang. Suu Kyi minta kepada Yuli, "Yul, tolong sebarkan pada dunia luar untuk membantu rakyat Myanmar memperoleh hak-hak mereka." Pesan Suu Kyi itu menyertai Laporan Utama minggu ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini