Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Mbah yas dan para wlijo

Usaha berjualan sayur mayur dan bumbu untuk keperluan ibu rumah tangga, di pasar dan yang dijajakan di kota jember, jawa timur, disebut wlijo. para wlijo mendapat bantuan dari wlijo yang sudah senior. (dh)

25 Desember 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ATAS jasa baik mbah Yas maka yu Mariani punya tambahan penghasilan baru. Kini dia berjualan sayur mayur dan bumbu-bumbuan buat ibu-ibu rumah tangga. Sejak itu dia disebut wlijo. Dengan demikian dia akan menunjang penghasilan suaminya yang tukang rem kereta api. Sebab dengan modal dua sampai tigaribu rupiah, setiap hari paling tidak dia akan memperoleh keuntungan tiga sampai empat ratus rupiah dikurangi sebagian untuk mbah Yas. Sekalipun untuk itu, setiap jam tiga dinihari dia berangkat menuju pasar Tanjung di kota Jember dengan berjalan kaki sejauh hampir enam kilometer. Seperti kebanyakan kolega wlijo-nya yu Mariani tidak mempunyai modal sendiri. Kapital yang dijalankannya adalah pinjaman dari "seseorang" di pasar Tanjung. Ceritanya demikian. Mbah Yas adalah wlijo senior. Dia bisa mencarikan pinjaman modal buat wlijo-wlijo masa kini yang hendak mencari kerja baru di bidang perdagangan masuk keluar kampung dengan menyunggi kebutuhan ibu-ibu rumah tangga. Syarat-syaratnya ringan, asal sang calon dikenal baik dan dianggap bonafid oleh mbah Yas, maka tanpa ini-itu dan birokrasi lainnya, mbah Yas dapat meminjamkan modal dari "seseorang" tadi sebanyak dua tiga ribu dalam waktu singkat, menjelang dinihari itu. Pegawai Negeri Pengembaliannya mudah. Setiap seribu rupiah, selama sebulan penuh tiap sore hari peminjam modal harus menyetorkan empat puluh rupiah buat mbah Yas. Dengan demikian maka peminjam tadi dengan cicilannya selama sebulan jadinya akan menyetor Rp 1.200. Pada akhir bulan, maka pinjaman itu akan habis, sedang modalnya kini, menjadi hak peminjam sepenuhnya. "Kalau pinjamannya sampai dua atau tiga ribu rupiah maka pengembaliannya kalikan saja dengan Rp 40 setiap ribunya", kata mbah Yas kepada pembantu TEMPO di sana. Kalau sudah demikian maka jangan dianggap wlijo-wlijo tadi setiap akhir bulan selalu mempunyai modal kontan seperti semula. "Para pembeli, terutama pegawai negeri terlalu banyak hutang sehingga di akhir bulan selalu saja modai menjadi susut atau bisa-bisa habis", kata yu Mariani Kalau sudah demikian maka lewat mbah Yas dia akan memperbaharui pinjamannya. Tetapi yu Mariani tak perlu mengeluh, sebab itu memang dunia wlijo. "Yang penting setiap harinya saya dapat menyisihkan keuntungan sedikit untuk tambahan belanja, sekalipun sampai di rumah menjelang lohor", kata yu Mariani lagi. Tidak semua wlijo baru dapat pinjaman dengan pengembalian Rp 40 setiap sore. Sebab mbah Yas bisa saja menarik mereka sampai Rp 60 atau cuma RF 50. Kelebihannya merupakan keuntungan mbah Yas. Menurutnya sekalipun dia menarik Rp 60 tiap sore, tidaklah memberatkan. Sebab masih banyak lagi pinjaman yang lebih berat. Seperti di sebelah timur pasar Tanjung, beberapa toko dan rumah tangga di sana juga memin jamkan modal dengan ketentuan pada akhir bulan harus disetor lunas. Bunganya diatur demikian. Setiap pinjaman seribu rupiah tiap hari peminjam (sore atau dipagi subuh) harus membayar Rp 25. Kalau pinjam empat ribu, berarti peminjam setiap harinya harus menyetor bunga sebanyak seratus rupiah. Pada akhir bulan modal harus kembali penuh. Setelah masuk "karantina" semalam, keesokan harinya, peminjam dapat mengambil pinjaman lagi sebanyak dia suka. Baik wlijo kawakan mbah Yas, yu Mariani maupun pak Mai ataupun wlijo mbok Rus, sebelumnya memang pernah berusaha mencari pinjaman di tempat lain. Misalnya ke Bank Desa. Hal itu tidak mereka lakukan lagi. Sebab caranya ruwet, mana lagi harus menunjukkan petok (surat) sawah. "Kalau tak punya tanah, kan tidak boleh pinjam pada bank", kata yu Mariani. Demikian juga keterangan Pak Mai: "sulit untuk pinjam ke bank, sebab berurusan ke Balai Desa berarti membuang waktu untuk berjualan, itupun belum sekali, dua kali dapat". Mbah Yas lain lagi. Si tua ini sudah bosan datang ke Balai Desa. Sejak dua tahun yang lalu dia sudah mengajukan berbagai jenis bantuan modal. Kepada Carik Warimo, dari desa Jember Lor malahan dia tak lupa ngamplop barang tiga ratus untuk setiap kali menghadap. Demikian juga ketika dikatakan tentang ringannya bunga kredit candak kulak yang hanya satu persen, tak dipercayainya. "Bosan mas, datang ke balai desa, paling-paling hanya disemayani saja", kata mbah Yas. Pelaksanaan kredit Candak Kulak di daerah Jember dilaksanakan bersama-sama dengan daerah lainnya di Jawa Timur pada tanggal 25 Nopember 1976. Upacara pembukaannya di daerah Jember diselenggarakan di sebuah gudang BUUD di desa Petemporan, Kecamatan Kalisat. Bupati Abdulhadi secara simbolis menyaksikan penandatanganan kontrak pinjaman dan menyerahkan secara simbolis kepada tiga pedagang kecil masing-masing kredit candak kulak sebanyak lima ribu rupiah. Tak lupa Bupati berpesan agar para pamong desa dan petugas tidak mempersulit prosedur peminjaman kredit. "Yang penting, jangan sampai ada pungutan-pungutan liar terhadap calon peminjam, baik ketika memberi penjelasan maupun ketika membantu pengisian formulir pengajuan", kata Bupati Abdulhadi. Sebagaimana diatur dalam pelaksanaan penyelenggaraan kredit candak kulak, maka yang menyalurkan kredit untuk para pedagang kecil ini adalah BUUD dan KUD. Dari sejumlah BWD dan KUD di kabupaten Jember yang jumlahnya 78 buah, maka untuk tahap pertama ini penyalurnya ditetapkan 28 BUUD dan KUD saja, dengan modal masing-masing setengah juta rupiah. Sesuai dengan kebijaksanaan Bupati Abdulhadi, maka para pedagang kecil yang diutamakan para wlijo, pedagang buah dan pedagang rokok memperoleh kredit rata-rata Rp 5.000. Pada tahap pertama ini sebanyak 2.800 pedagang kecil di daerah Jember akan memperoleh modal dari kredit candak kulak tahap pertama ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus